Senin 21 Jun 2021 21:35 WIB

Tausiyah Kebangsaan, MUI Jatim Ingatkan Dakwah Sejuk Nabi

Nabi Muhammad SAW menyampaikan dakwah damai dan sejuk

Red: Nashih Nashrullah
Ketua MUI Jawa Timur, KH Ali Maschan Moesa (tengah) menyampaikan tausiyah kebangsaan dalam Konsolidasi Organisasi di Aula Pondok Sabilurrosyidin, Gayungan, Surabaya, Ahad (20/6), Lembaga Dakwah Islam Indonesia Jawa Timur.
Foto: Dok Istimewa
Ketua MUI Jawa Timur, KH Ali Maschan Moesa (tengah) menyampaikan tausiyah kebangsaan dalam Konsolidasi Organisasi di Aula Pondok Sabilurrosyidin, Gayungan, Surabaya, Ahad (20/6), Lembaga Dakwah Islam Indonesia Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA— Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu penyampaian dakwah yang baik sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW. 

Hal ini disampaikan Ketua MUI Jawa Timur Prof Dr KH Ali Maschan Moesa, dalam Konsolidasi Organisasi di Aula Pondok Sabilurrosyidin, Gayungan, Surabaya, Ahad (20/6), Lembaga Dakwah Islam Indonesia Jawa Timur.     

Baca Juga

"Dakwah yang baik salah satunya menerangkan materi dakwah dengan penuturan kata-kata atau lisan supaya orang yang diajak bicara bisa menangkap dan mengerti isi yang disampaikan," ujar Ali Maschan, dalam keterangannya, Senin (21/6).

Dia menegaskan, hidup berbangsa di dunia ini dibenarkan dalam Alquran. "Kita hidup di dunia ini jelas ada perbedaan suku dan  bangsa, maka semua sudah benar sesuai dengan Alquran," jelasnya. 

Dalam penelitiannya, dia menjelaskan, Islam itu mengajarkan rahmatan lil ‘alamin yang sudah lama dijalankan di Indonesia. 

"Semboyan NKRI Harga Mati itu tidak hanya berbangsa dan bernegara saja, tapi itu juga termasuk bagian dari dakwah agama," ujarnya.  

Ali Maschan mengatakan, negara Islam atau khilafah itu tidak ada. Dalam Alquran hanya ada lafaz khalifah atau pengganti. 

"Sebelum Nabi wafat, beliau berpesan kepada pengikutnya supaya ada penggantinya. Dan itu bukan mengganti sistem negaranya," imbuhnya.

Dia mencontohkan, Nabi Muhammad SAW pernah mendirikan negara Madinah yang didalamnya terdapat beberapa keberagaman suku, dan itu menjadi gambaran bahwa Nabi menghargai keberagaman suku dan bangsa. 

"Nabi dulu mendirikan negara Madinah beragam jenis suku di dalamnya. Ada orang Yahudi, orang musyrik, Islam, Kristen semua jadi satu,” kata dia. 

“Makanya tatanan negara Madinah sudah menerapkan Bhinneka Tunggal Ika di dalam sistemnya. Apa yang disampaikan beliau termasuk dakwah yang merangkul, sehingga membuat perbedaan di negara Madinah bisa saling rukun," kata Ali Maschan yang juga menjadi Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim, menambahkan.      

Ketua DPW LDII Jawa Timur, KH Moch Amrodji Konawi, menyatakan akhir-akhir ini di media massa terjadi degradasi kebangsaan. Untuk itu pihaknya berinisiatif menggelar Tausiyah Kebangsaan bersamaan dengan Konsolidasi Organisasi di Aula Pondok Sabilurrosyidin, Gayungan, Surabaya, Ahad (20/6).  

“Tolok ukurnya ada pertentangan antara nasionalisme dan agama. Kalau degradasi ini dibiarkan suatu saat akan muncul krisis kebangsaan,” ujar Amrodji. 

Tausiyah kebangsaan ini sejalan dengan program LDII. “Ada delapan klaster dari program utama LDII yang dipersembahkan untuk bangsa, dan ini sudah berjalan,” kata dia.      

Sementara itu, Kasubdit Sosbud Ditintelkam Polda Jatim, AKBP Agus Prasetyo,    memberi paparan terkait tema acara yakni “Pancasila dalam Tindakan, Perkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia”. 

“Kita secara khusus pernah diajari yang namanya Pancasila. Generasi kini saya rasakan makin beda.  Kita tidak hanya diajarkan Pancasila di sekolah, tapi perlu juga melihat bagaimana negara kita. Jadi kita tidak selalu protes kepada pemerintah,” ujarnya. 

Menurut Agus, acara ini melibatkan beragam peraturan antara lain UU tentang Kepolisian, UU ITE, dan UU Ormas. Dia menyarankan agar masyarakat selalu berpikir positif kepada pemerintah. “Jika tidak, akan memicu munculnya hoax,” kata Agus.  

Dia menyarankan untuk selalu melakukan cross check sebelum menyebarluaskan sebuah informasi. “Kalau ada berita yang tidak jelas, tanyalah dahulu kepada yang lebih tahu,” jelasnya.  

Bagi Agus, ada empat pilar yang harus dipelajari dalam bernegara yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI. Dia mengajak masyarakat untuk tetap bekerja dan menghindari berpikir negatif terutama kepada pemerintah, “Berbuatlah yang tidak bertentangan dengan Pancasila,” tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement