Sabtu 26 Jun 2021 17:04 WIB

 UI Siap Bangun Ekosistem Industri Mobil Listrik Nasional

UI nilai kerja bangun ekosistem penting untuk pahami perubahan industri otomotif

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Universitas Indonesia (UI) (ilustrasi).  Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro mengatakan kerja sama antara UI, pemerintah, dan industri sangat dibutuhkan dalam rangka membangun ekosistem industri mobil listrik nasional.
Foto: Humas UI
Universitas Indonesia (UI) (ilustrasi). Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro mengatakan kerja sama antara UI, pemerintah, dan industri sangat dibutuhkan dalam rangka membangun ekosistem industri mobil listrik nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro mengatakan kerja sama antara UI, pemerintah, dan industri sangat dibutuhkan dalam rangka membangun ekosistem industri mobil listrik nasional.

"Kerja sama penting untuk memahami pergeseran industri otomotif dunia, dari industri berbasis bahan bakar fossil menjadi industri kendaraan berbahan dasar listrik (electric vehicle/EV)," kata Ari Kuncoro dalam keteranganannya di Depok, Sabtu (26/6).

UI telah memperkuat kerja sama dengan Kementerian Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ruang lingkup kerja sama ini meliputi program magang dan beasiswa antar kedua lembaga, kolaborasi riset, penyelenggaraan seminar bersama, dan bentuk-bentuk potensi kerja sama lainnya.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa salah satu visi besar Presiden Joko Widodo yaitu mewujudkan transformasi ekonomi. Salah satu upayanya melalui hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah.

Saat ini industri hilirisasi yang sedang dikembangkan pemerintah adalah baterai untuk kendaraan listrik yang dapat memenuhi pasar otomotif dunia. Pada tahun 2030, sebanyak 70 persen bahan bakar kendaraan sudah beralih dari fosil menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT). 

Dalam hal ini, Indonesia beruntung karena memiliki cadangan sumber daya alam nikel sebesar 25 persen dari total cadangan di seluruh dunia."Indonesia menurut saya sudah saatnya untuk keluar menjadi pemain terbesar dunia, sehingga dunia mengenal Indonesia bukan hanya sekedar Bali, yaitu pariwisatanya. Tapi dunia harus mengenal Indonesia sebagai negara industrialis yang menghasilkan baterai modern," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement