Selasa 29 Jun 2021 12:12 WIB

Tiga Menguak Takdir Tiga Jenderal Akmil 1992

Mayjen Maruli, Mayjen Richard, dan Brigjen Kunto merupakan the rising star

Red: Erik Purnama Putra
Kepala Staf Kodam (Kasdam) III/Siliwangi, Brigjen Kunto Arief Wibowo dipromosikan menjadi Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) III/Kostrad.
Foto: Dispenad
Kepala Staf Kodam (Kasdam) III/Siliwangi, Brigjen Kunto Arief Wibowo dipromosikan menjadi Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) III/Kostrad.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Tiga Menguak Takdir adalah buku kumpulan puisi yang menyelami pemikiran dan perasaan tiga sastrawan, yakni Chairil Anwar, Rivai Apin, dan Asrul Sani. Dengan segenap perbedaan, mereka bersatu demi mencapai cita-cita yang disebut 'suatu tujuan takdir'.

Baca Juga

Mereka adalah sastrawan Angkatan '45 lahir dan berawal dari kecamuk dan kegetiran atas Perang Kemerdekaan. Ada 'takdir' yang sebenarnya mereka perjuangkan. Apa itu? Cuma mereka bertiga yang tahu.

Mereka berjuang melalui puisinya membakar semangat para pejuang yang telah mengorbankan nyawa, demi tercapainya kemerdekaan. Chairil Anwar menulisnya dalam sajak ‘Antara Krawang-Bekasi’ dan Asrul Sani dengan ‘Sebagai Kenangan kepada Amir Hamzah, Penyair yang Terbunuh’. Kemudian Rivai Apin menulis sajak ‘Anak Malam’, menggambarkan pejuang tak kenal menyerah.

BACA JUGACurhat Jokowi, Disebut Plonga-plongo Sampai Bapak Bipang

Kali ini, penulis bukan akan membahas tiga sastrawan tersebut, melainkan takdir dari tiga jenderal abituren (lulusan sekolah militer) Akademi Militer (Akmil) 1992. Kini sudah tiga orang menyandang jabatan bintang dua, yakni Mayjen TNI Maruli Simanjuntak (51 tahun), Mayjen TNI Richard Tampubolon (52 tahun), dan Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo (50 tahun).

Kunto segera mendapatkan promosi Mayjen dengan jabatan barunya sebagai Panglima Divisi Infanteri (Divif) 3/Kostrad di Gowa, Sulawesi Selatan. Promosi Kunto berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/540/VI/2021 tanggal 23 Juni 2021, tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI.

Rising star

Di antara dua rekannya, Maruli yang merupakan menantu Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan seperti lari sendirian. Sejak awal Desember 2018 sudah menyandang pangkat Mayjen dengan jabatan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Artinya hanya dalam rentang waktu 26 tahun, ia bisa memperoleh pangkat jenderal bintang dua. Jika dibagi dengan delapan pangkat sejak Letda hingga Mayjen, maka rata-rata satu pangkat sekitar 3,25 tahun. Sesuatu yang mencengangkan.

Kini jabatan kedua untuk pangkat Mayjen sebagai Panglima Kodam Udayana di Bali, terhitung akhir November 2020. Dia menjadi rising star (bintang yang bersinar), terbang meninggalkan rekan-rekannya.

Menjadi bersamaan dengan seniornya abituren Akmil 1990 dan 1991. Terutama lulusan terbaik Akmil 1990, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa (54 tahun) maupun lulusan terbaik Akmil 1991 Mayjen TNI Teguh Pudjo Rumekso (53 tahun).

Bahkan hingga kini, Teguh Pudjo belum sempat menjadi Panglima Kodam. Dua jabatan bintang duanya sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri AD, dan kini Komandan Pusat Penerbangan AD. Sedangkan Mayjen Cantiasa bintang duanya sebagai Komandan Jenderal Kopassus dan kini Panglima Kodam Cendrawasih, sejak akhir Agustus 2020 lalu.

BACA JUGAHMI Dituding Binaan PKS, Ketum Minta Aparat Bertindak 

Hanya Mayjen Richard yang bisa mendekati meluncurnya Maruli. Jenderal dengan nama lengkap Richard Horja Taruli Tampubolon. Pada pertengahan Desember 2019, ia naik pangkat Mayjen dengan jabatan Kepala Staf Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I. Artinya, Maruli satu tahun lebih dahulu daripada Richard untuk mendapatkan bintang dua.

Kemudian pada akhir Juli 2020, Richard menjadi Komanan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI. Sebuah lembaga yang baru dibentuk pada Juli 2019. Ia menggantikan Mayjen TNI Rochadi yang pensiun. Koopssus TNI merupakan badan pelaksana pusat yang secara struktural komando langsung di bawah Panglima TNI.

Sehingga pasukan khusus dari tiga matra yaitu matra darat, matra laut dan matra udara stand by di Mabes TNI. Dan kini, 2,5 tahun setelah Maruli menjadi Mayjen, Kunto Arief Wibowo menyamai sebagai jenderal bintang dua. Posisinya sebagai Panglima Divif 3 Kostrad. Kunto adalah anak eks Wakil Presiden Try Sutrisno.

Posisi Pangdivif 3 ini kalah ‘bergengsi’ daripada Pangdivif 1, apalagi Pangdivif 2 Kostrad. Sebab Divif 3 Kostrad ini baru dibentuk dan satuannya belum lengkap.

Misalnya, belum memiliki Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) dan Batalyon Kavaleri (Yonkav) sebagai satuan-satuan bantuan tempur (satbanpur).

Satbanpur lainnya seperti Batalyon Artileri Medan (Yonarmed) 6 dan Artileri Pertahanan Udara (Yonarhanud) 16, mengambil alih komando pengenadalian (kodal) dari Kodam Hasanuddin. Brigade Infamteri (Brigif) 20 dari Kodam Cenderawasih ke Divif 3 Kostrad.

Termasuk Brigif Para Raider 3 dari Divif 1 Kostrad ke Divif 3 Kostrad beserta tiga Yonif-nya. Di antara tiga Divif Kostrad, Divif 2 memiliki jumlah satuan yang lebih banyak daripada Divif 1, apalagi Divif 3.

Perwira tinggi 13 persen

Baik Maruli, Richard maupun Kunto disatukan dalam satu korps Infanteri. Mereka adalah penjuru bagi abituren Akmil 1992 yang mengawali menjadi jenderal bintang dua, kurang dari 29-30 tahun masa dinas perwira. Namun, tidak ada yang tahu tentang takdir mereka sejak awal menjadi taruna Akmil di Magelang dan perjalanan ke depannya. Termasuk apa keinginan dari takdir mereka.

Ketiganya menempuh jalan karier militer yang memang berbeda. Mereka punya jalan masing-masing yang melatarbelakangi napak tilas kariernya. Ketiganya berupaya untuk menempuh jalan terbaik dalam perjalanan hidupya di dunia militer yang keras. Maruli dan Richard harus berdarah-darah untuk bisa bergabung sebagai pasukan komando (Kopassus).

Memang saat lulus taruna, mereka bukan ranking tiga besar. Namun dalam perkembangan di lapangan, mereka punya takdir yang cukup baik daripada dua lulusan terbaik Akmil 1992, yakni Brigjen TNI Erwin Djatniko (52 tahun) dari Korps Kavaleri, penerima Adhimakayasa dan Brigjen TNI Adisura Firdaus Tarigan (52 tahun) dari Korps Zeni, penerima Trisaksi Wiratama.

Erwin kini mendampingi Maruli sebagai Inspektur Kodam Udayana. Sedangkan Adisura menjadi Wakil Asisten Perencanaan dan Anggaran (Wa Asrena) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) bidang pengendalian. Keduanya baru satu tahun menjadi Brigjen.

Dari keseluruhan abituren Akmil 1992 menghasilkan 274 perwira dari tujuh korps, yakni Infanteri (166 perwira), Kavaleri (5 perwira), Armed (25 perwira), Arhanud (22 perwira), Zeni (33 perwira), Perhubungan /komunikasi elektro (12 perwira), dan Peralatan /materiel (11 perwira).

Dari jumlah itu sekitar 13 persen sudah menjadi perwira tinggi (pati). Tiga menjadi Mayjen dan 32 lainnya menjadi Brigjen. Selebihnya mayoritas Kolonel. Apalagi dengan kebijakan baru, semuanya mengikuti Seskoad, maka mayoritas berpangkat Kolonel.

Umumnya sekitar 20 persen saja yang bisa menjadi perwira tinggi dari abituren Akmil. Seperti piramida, semakin ke atas semakin mengecil. Sehingga masih ada sekitar tujuh persen lagi dari para Kolonel tersebut yang akan menyusul menjadi perwira tinggi.

Bersambung...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement