Selasa 29 Jun 2021 16:26 WIB

Nubuat Rasulullah SAW tentang Kondisi Kepemimpinan Muawiyah

Kepemimpinan Muawiyah merupakan awal sistem raja-raja

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Kepemimpinan Muawiyah merupakan awal sistem raja-raja.  Masjid Agung Umayyah di Damaskus, Suriah.
Foto: insidearab.com
Kepemimpinan Muawiyah merupakan awal sistem raja-raja. Masjid Agung Umayyah di Damaskus, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, — Muawiyah bin Abi Sufyan adalah salah seorang sahabat yang dipercaya menulis wahyu saat Nabi SAW masih hidup.

Karena kecakapannya, dia banyak menempati jabatan penting juga di masa khalifah rasyidah seperti gubernur dan panglima perang. Hingga akhirnya sejarah mencatatnya sebagai pendiri Dinasti Umayyah.

Baca Juga

Kepemimpinan Muawiyah sebagai khalifah ini yang masih diperdebatkan para ahli sejarah. Lantas bagaimana kepemimpinan Muawiyah?  

Dilansir dari Alyaum Assabi', hal ini dijelaskan dalam kitab kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah dengan judul “Muawiyah bin Abi Sufyan dan Kerajaanya." Kitab ini menjelaskan bahwa dalam hadits, kekhalifahan setelah Nabi berlangsung selama tiga puluh tahun, setelahnya adalah menganut sistem raja-raja. Masa tiga puluh tahun jika dilihat dalam sejarah, berakhir dengan kekhalifahan Hasan bin Ali, sehingga Muawiyah adalah raja pertama.

Dalam sebuah hadits dari At Thabrani, diriwayatkan Ali bin Abdul Aziz, dari Ahmad bin Yunus, dari Al Fadl bin Iyad, dari Laits, dari Abdurrahman bin Tsabit, dari Abu Tsa'labah Al Khasyni, dari Muadz bin Jabal, dan Abi Ubaidah, mereka berkata, “Rasulullah SAW bersabda: 

إن هذا الأمر بدا رحمة ونبوة، ثم يكون رحمة وخلافة، ثم كائن ملكا عضوضا، ثم كائن عتوا وجبرية وفسادا فى الأرض، يستحلون الحرير، والفروج، والخمور، ويرزقون على ذلك وينصرون حتى يلقوا الله عز وجل 

“Kepemimpinan akan bermula dengan rahmat dan kenabian, kemudian menjadi rahmat dan khilafah, kemudian menjadi raja yang zalim, kemudian menjadi raja yang diktator yang merusak di muka bumi, mereka menghalalkan sutra, katak, dan miras, dan mereka diberi rezeki dari itu dan mereka akan ditolong sampai mereka bertemu dengan Allah SWT.” 

Dalam hadist lain sebagaimana terdapat di kitab Dalail An-Nubuwwah, meskipun derajatnya lemah yang menyebut bahwa Muawiyah berkata: 

والله ما حملنى على الخلافة إلا قول رسول الله ﷺ لى: "يا معاوية إن ملكت فأحسن “Demi Allah, aku telah tidak menjadi khilafah kecuali karena Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Wahai Muawiyah, jika kamu menjadi raja, maka berbuat baiklah.”

Ada juga hadits lain, di antaranya adalah hadits dari Amr bin Yahya bin Said bin Al Ash, dari kakeknya Said yang menjelaskan saat Muawiyah meminum obat, Rasulullah memandangnya dan berkata kepadanya: 

يا معاوية إن وليت أمرا فاتق الله واعدل". قال معاوية: فما زلت أظن أنى مبتلىً بعمل لقول رسول الله ﷺ.

“Wahai Muawiyah, jika kamu ditunjuk untuk suatu masalah, takutlah akan Tuhan dan jadilah adil.”  Muawiyah berkata, “Aku masih merasa tertimpa musibah seperti apa yang disabdakan Rasulullah SAW.” 

Kemudian disebutkan juga dari Al Baihaqi meskipun hadits ini tidak populer, menyebut bahwa Nabi bersabda: 

الخلافة بالمدينة، والملك بالشام "Kekhalifahan ada di Madinah, dan raja ada di Syam." Seperti diketahui, pemerintahan Muawiyah berpusat di Damaskus yang masuk dalam wilayah Syam. 

Sumber: youm7

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
لَا جُنَاحَ عَلَيْهِنَّ فِيْٓ اٰبَاۤىِٕهِنَّ وَلَآ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ وَلَآ اِخْوَانِهِنَّ وَلَآ اَبْنَاۤءِ اِخْوَانِهِنَّ وَلَآ اَبْنَاۤءِ اَخَوٰتِهِنَّ وَلَا نِسَاۤىِٕهِنَّ وَلَا مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّۚ وَاتَّقِيْنَ اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدًا
Tidak ada dosa atas istri-istri Nabi (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan bapak-bapak mereka, anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara perempuan mereka, perempuan-perempuan mereka (yang beriman) dan hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertakwalah kamu (istri-istri Nabi) kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.

(QS. Al-Ahzab ayat 55)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement