Selasa 29 Jun 2021 21:50 WIB

Berstatus Zona Merah, Ini Gambaran Pandemi di Depok Saat Ini

Satgas Penanganan Covid menetapkan status zona merah Depok berdasarkan 14 indikator.

Red: Andri Saubani
Seorang pemuda berjalan melewati mural bertema coronavirus untuk menghormati pekerja medis di Depok di pinggiran Jakarta, Indonesia, Jumat (25/6). Kota Depok saat ini ditetapkan berstatus zona merah oleh Satgas Penanganan Covid-19. (ilustrasi)
Foto: AP/Dita Alangkara
Seorang pemuda berjalan melewati mural bertema coronavirus untuk menghormati pekerja medis di Depok di pinggiran Jakarta, Indonesia, Jumat (25/6). Kota Depok saat ini ditetapkan berstatus zona merah oleh Satgas Penanganan Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rusdy Nurdiansyah, Antara

Penyebaran virus corona (Covid-19) mengganas dan semakin tak terkendali di Kota Depok. Hampir di semua wilayah di 11 kecamatan di Kota Depok memiliki risiko tinggi penularan Covid-19. Satgas Penanganan Covid-19 Pusat pun pada Selasa (29/6) mengumumkan secara resmi Kota Depok berstatus zona merah.

Baca Juga

"Satgas Penanganan Covid-19 Pusat mengumumkan status zona merah Covid-19 melalui 14 indikator. Skor Kota Depok dalam penilaian zonasi juga turun dari 1,93 menjadi 1,8," ujar Juru Bicara (Jubir) Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (29/6).

Menurut Dadang, dengan kondisi tersebut, Satgas Penanganan Covid 19 Kota Depok terus memperkuat pelaksanaan PPKM mikro dan melakukan langkah langkah mikro lockdown bagi RT zona merah atau area yang berdasarkan pertimbangan Satgas KSTJ/satgas kelurahan/satgas kecamatan perlu dilakukan mikro lockdown.

Sejak April 2021, Kota Depok berstatus zona oranye atau wilayah dengan risiko sedang penularan Covid-19. Status zona oranye setelah Depok merasakan puncak gelombang pertama infeksi Covid-19 pada 30 Januari 2021.

Saat itu, 5.011 pasien dilaporkan menjalani isolasi ataupun perawatan di rumah sakit. Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi selama pandemi Covid-19.

Dibutuhkan 10 bulan, yakni terhitung dari Maret 2020 hingga Januari 2021, Kota Depok mencapai puncak tertinggi kasus Covid-19. Akibat lonjakan kasus itu, seluruh rumah sakit di Depok penuh, pasien Covid-19 harus antre untuk dirawat di rumah sakit.

Beberapa pekan kemudian, kasus Covid-19 di Depok mulai melandai. Depok menorehkan jumlah pasien Covid-19 terendah sejak September 2020, yakni hanya 978 pasien pada 19 Mei 2021.

Namun, Depok kembali mencapai puncak tertinggi kasus Covid-19 pada Juni 2020 atau lima bulan sejak puncak gelombang pertama. Kenaikan kasus harian dimulai pada 26 Mei 2021 di mana jumlah pasien Covid-19 di Depok yang mulanya stagnan pada kisaran 1.020-1.040 pasien sehari, menjadi 1.099 pasien.

Pada Selasa (29/6), terjadi penambahan kasus harian yang masih cukup tinggi, yakni mencapai 685 orang. Sementara, total kasus Covid-19 di Depok mencapai 60.459 orang.

Untuk jumlah orang yang meninggal dunia akibat Covid-19 di Kota Depok juga bertambah sembilan orang. Total korban Covid-19 yang meninggal dunia telah mencapai sebanyak 1.070 orang

"Adapun, pasien yang sembuh setiap harinya juga terus bertambah, terjadi penambahan 183 orang sembuh. Total pasien sembuh menjadi 50.963 orang atau mencapai 84,29 persen," ungkap Dadang.

Peningkatan juga terjadi pada kasus konfirmasi aktif yang bertambah sebanyak 8.426 kasus. Lalu untuk kasus suspek aktif bertambah sebanyak 214 kasus serta kasus kontak erat aktif bertambah sebanyak 3.036 kasus.

In Picture: Vaksinasi Warga di Terminal Jatijajar Depok

photo
Petugas medis menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada warga saat vaksinasi massal di Terminal Jatijajar, Depok, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021). Pemerintah Kota Depok menyelenggarakan vaksinasi Covid-19 massal dengan target 3.000 orang tersebut terdiri atas 1.700 pengemudi ojek daring, 300 pelaku transportasi, 150 pengelola Terminal Jatijajar, dan 850 masyarakat umum yang berdomisili di Kota Depok. - (ANTARA/ASPRILLA DWI ADHA)

 

Temuan kasus yang cukup mengkhawatirkan dari pandemi di Depok adalah penularannya kini mengancam juga anak di bawah lima tahun (balita), anak-anak, dan remaja. Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok per 20 Juni 2021, sebanyak 10.634 anak balita, anak-anak, dan remaja usia 0-19 tahun terkonfirmasi positif Covid-19.

"Hingga kemarin, kami mencatat anak dan remaja yang terpapar selama pandemi Covid-19 mencapai 10.634 kasus atau 19,23 persen,” ujar Dadang.

Menurut Dadang, anak-anak dan remaja kebanyakan tertular Covid-19 dari orang tua yang bekerja kantoran. "Dengan demikian, anak dan remaja di Depok itu tertular dari klaster perkantoran hingga klaster keluarga. Selain juga, penularan Covid-19 anak dan remaja terjadi karena mereka abai protokol kesehatan (prokes), sering berkumpul tanpa masker," katanya menjelaskan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok Novarita, pekan lalu, mengakui, ketersediaan obat antivirus Covid-19 di Puskesmas dan stok di Dinkes Kota Depok sudah habis. Setelah bergerak cepat mengajukan permintaan tambahan obat terapi Covid-19 ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar), Depok akhirnya kembali mendapatkan obat terapi Covid-19 yang diminta, yakni Oseltamivir, Favipiravir, dan Azitromicyn.

"Saat ini kami sudah terima bantuan obat terapi Covid-19 sebanyak 38 ribu tablet pada Kamis (24/6) dan akan segera kami distribusikan ke puskesmas dan rumah sakit," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Farmasi Kota Depok, Mutmainah Indriyati, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/6).

Lahan pemakaman jenazah Covid-19 di Kota Depok juga dilaporkan terus berkurang. Dalam sepekan terakhir, korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Kota Depok mencapai puluhan orang.

Sebagai antisipasi kekurangan lahan permakaman jenazah Covid-19, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok sudah menyiapkan lahan Tempat Permakaman Umum (TPU) Karaba Tapos yang baru dioperasikan pada Oktober 2020.

"Lahan masih mencukupi untuk memakamkan jenazah. Kami telah membuka lahan baru seluas 1,2 hektare berkapasitas 5.000 lubang," ujar Kepala DLHK Kota Depok, Ety Suryahati, di Kantor DLHK Kota Depok, Selasa (29/6).

Menurut Ety, saat ini sudah terisi lima makam umum atau makam bukan untuk Covid-19 dan 275 makam untuk Covid-19.

"Jumlah ini fluktuatif karena setiap hari ada penambahan jenazah korban Covid-19 dan saat ini memang cukup banyak," katanya menerangkan.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola Teknis Dinas (UPTD) Pemakaman Umum, DLHK Kota Depok, Hasudungan, mengatakan, setiap harinya, petugas gali kubur bisa menguburkan lebih dari 10 jenazah Covid-19. "Jenazah yang dimakamkan di TPU Covid-19 semuanya berasal dari Kota Depok," ujarnya menegaskan.

Untuk mempercepat proses penggalian kubur jenazah korban Covid-19 di TPU Karaba Tapos, Kota Depok, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) TPU menggunakan alat berat. Alat berat tersebut berasal dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok.

"Sudah tiga hari ini kami dibantu Satuan Tugas (Satgas) Dinas PUPR untuk menggali kubur menggunakan alat berat berupa spider mini. Tujuannya untuk memangkas dan mempercepat waktu penggalian kubur," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, Ety Suryahati, di Kantor DLHK Kota Depok, Selasa (29/6).

Menurut Ety, saat ini petugas penggali kubur di TPU Karaba berjumlah 80 orang. Namun, kata dia, jumlah tersebut tidak cukup untuk melakukan penggalian dalam jumlah banyak.

"Kasus terus meningkat dibarengi dengan kasus kematian akibat Covid-19. Dalam seminggu terakhir, jenazah yang berdatangan di atas 10. Ambulans juga harus antre untuk menunggu lubang siap," katanya menerangkan.

Kepala Dinas PUPR Kota Depok, Dadan Rustandi, menambahkan, pihaknya mengirim tiga Satgas dan sebuah alat berat untuk melakukan penggalian kubur di TPU Karaba Tapos.

"Kami berharap perbantuan ini bisa meringankan pekerjaan penggali kubur. Karena, saat ini kasus korban meninggal Covid-19 sedang tinggi. Mudah-mudahan bisa meringankan kerja penggali kubur," ujarnya berharap.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement