Senin 05 Jul 2021 17:24 WIB

Pujian Pengelana Italia Terhadap Kejayaan Brunei Islam  

Kerajaaan Islam Brunei mencapai kejayaannya pada abad ke-15 Masehi

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Kerajaaan Islam Brunei mencapai kejayaannya pada abad ke-15 Masehi. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Brunei Darussalam.
Foto: Wikimedia
Kerajaaan Islam Brunei mencapai kejayaannya pada abad ke-15 Masehi. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Brunei Darussalam.

REPUBLIKA.CO.ID, — Brunei Darussalam merupakan salah satu negara Islam di kawasan Asia Tenggara. Sejarah berdirinya negara yang berdekatan dengan Pulau Kalimantan ini pun sangat lekat dengan Islam.

Pada 1485, Sultan Bolkiah menjadi raja kelima dengan menggantikan ayahnya, Sultan Sulaiman. Singh dan Sidhu menuturkan, Brunei mencapai masa keemasannya sejak diperintah oleh raja yang bergelar Nakhoda Ragam itu. 

Baca Juga

Rakyat setempat menikmati pertumbuhan ekonomi yang merata. Syiar Islam pun semakin tersebar luas. Bahkan, Brunei menjadi salah satu mercusuar peradaban Islam di Asia Tenggara.

Ketika mengunjungi Brunei pada 1520-an, Antonio Pigafetta mencatat berbagai kemajuan yang ditemuinya. Sebelum mencapai Pulau Kalimantan, pengelana asal Venesia, Italia, itu ikut dalam ekspedisi Ferdinand Magellan yang berbendera Spanyol. 

Armada mereka akhirnya terdampar di Filipina dan pada April 1521 terlibat dalam pertempuran dengan penduduk lokal. Magellan beserta sejumlah anak buahnya tewas. 

Beberapa awak kapalnya yang selamat, termasuk Pigafetta, kemudian meneruskan pelayaran ke arah selatan. Pigafetta terpana menyaksikan keanggunan ibu kota Brunei saat itu, Kampong Ayer. Ia mencatat, kota tersebut dihuni sekitar 25 ribu kepala keluarga.

Istananya tampak begitu megah. Di sana-sini, terlihat berbagai ornamen yang dilapisi emas. Bahkan, peralatan makan yang dipakai kalangan bangsa wan setempat juga terbuat dari logam mulia. Para prajurit tampak gagah mengawal tempat tinggal sang sultan. Begitu pula dengan kuda-kuda dan sejumlah gajah yang melengkapi acara-acara seremonial.

Pada awal abad ke-16, wilayah kekuasaan Brunei tidak hanya mencakup seluruh Kalimantan, tetapi juga sebagian Filipina, khususnya Pulau Luzon dan Mindanao. Manila jatuh ke tangan kekuasaan Brunei sejak Sultan Bolkiah berhasil mengusir Wangsa Tondo dari sana. Konon, nama Manila berasal dari ungkapan bahasa Arab, fii amanillah yang berarti 'di bawah perlindungan Allah SWT.'

Sejak pertengahan abad ke-16, Manila semakin mandiri dari Brunei meskipun tetap menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan dengannya. Pemimpin kota tersebut adalah seseorang yang dahulunya komandan untuk Brunei, Rajah Matanda. 

Ia memerintah Manila bersama dengan putranya, Rajah Sulayman. Keduanya menghadapi invasi Spanyol pada 1574, tetapi berujung pada kegagalan. Peristiwa itulah yang mengawali merebaknya penye baran agama Kristen sekaligus surutnya syiar Islam di Kepulauan Filipina.

Sultan Bolkiah afat beberapa dekade sebelum imperialisme menggurita di Asia Tenggara. Pada 1524, kepemimpinannya diteruskan putranya, Abdul Kahar, yang menjadi raja keenam Kesultanan Brunei.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement