Rabu 07 Jul 2021 02:02 WIB

Islamofobia Belgia dan Sirup yang Diekspor ke Indonesia

Menurut Torrekens, wacana ekstrem kanan sedang meningkat di Belgia

Red: Agung Sasongko
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: avizora.com
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Profesor ilmu politik di Université Libre de Bruxelles Belgia, Corinne Torrekens, menulis sebuah kolom tentang islamofobia di negaranya, yang dimuat di laman Open Democracy. Dalam kolom tersebut, dia berpandangan, perburuan terhadap seorang perwira militer Belgia bersenjata baru-baru ini mengungkapkan banyak hal tentang kebangkitan sayap kanan radikal di Belgia.

Perwira itu sendiri telah mengancam seorang ahli kesehatan terkemuka dan dicurigai mempersiapkan serangan terhadap sebuah masjid. Prajurit itu, yang pernah terlibat dalam operasi di Afghanistan beberapa kali antara 2011 dan 2017, akhirnya ditemukan tewas bulan lalu etelah berpekan-pekan dalam pelarian.

Baca Juga

Menurut Torrekens, wacana ekstrem kanan sedang meningkat di Belgia, terutama di bagian negara yang berbahasa Flemish, di mana partai politik Kanan ekstrem di kawasan itu, Vlaams Belang, mewakili sekitar 20 persen suara.

Pada 2017, Theo Francken, sekretaris negara untuk suaka dan migrasi saat itu dan anggota partai nasionalis, New Flemish Alliance, menerbitkan jajak pendapat tentang operasi penyelamatan laut Mediterania terhadap migran di akun Twitter-nya, sebelum menghapusnya beberapa jam kemudian. Sebagian besar dari mereka yang bersuara, sekitar 900 dari 1.000, memilih untuk mengecualikan Muslim terkait upaya penyelamatan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement