Sabtu 10 Jul 2021 06:05 WIB

Ajik Krisna, Lulusan SMP Kini Jadi Crazy Rich Oleh-Oleh Bali

Ajik Krisna hari ini terkenal sebagai pengusaha oleh-oleh Bali

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Kisah Pilu Perjuangan Ajik Krisna, Hanya Lulusan SMP Kini Jadi Crazy Rich Oleh-oleh Bali (Foto: Instagram/bizinbali)
Kisah Pilu Perjuangan Ajik Krisna, Hanya Lulusan SMP Kini Jadi Crazy Rich Oleh-oleh Bali (Foto: Instagram/bizinbali)

Pendiri Krisna Holding Company, Ajik Krisna hari ini terkenal sebagai pengusaha oleh-oleh hebat. Namun, siapa sangka masa kecilnya harus melewati keadaan-keadaan yang sulit. Dalam video YouTube bertajuk 'CERITA SUKSES JADI MILYADER DI USIA 35 TAHUN | AJIK KRISNA', Ajik Krisna bercerita bahwa saat SMP ia harus berjalan kaki menempuh 2,5 km untuk sampai ke sekolah.

Setelah tamat SMP, Krisna diarahkan untuk sekolah pariwisata agar setelah lulus, dimasukkan kerja di hotel. Krisna diiming-imingi untuk masuk ke hotel sebagai Steward yang ternyata artinya tukang cuci piring.

Baca Juga: Cuan Jumbo Melantai di Bursa New York, Pengusaha Ini Langsung Jadi Miliarder Dunia!

Akhirnya, Krisna pun sekolah di Sekolah Menengah Industri Pariwisata. Namun, sekolah ini lebih jauh dari SMP-nya. Krisna harus menempuh 3 km dan melewati 3 makam untuk sampai ke sekolah tersebut. Saking sulitnya ekonomi, Krisna tidak takut harus melewati makam.

Sehari-hari ia hanya makan nasi jagung dan nasi ubi. Jarang sekali ada beras di rumahnya. Hingga suatu hari, setelah enam bulan sekolah, ayahnya memanggil Krisna dan mengatakan bahwa tidak bisa menyekolahkan Krisna lagi.

Setelah itu, Krisna pergi dari kampung halamannya tanpa uang saku sepeserpun, hanya dengan pakaian secukupnya. Suatu hari, tibalah Krisna di daerah Sanur yang merupakan salah satu kawasan pariwisata. Di sana, ada beberapa hotel melati, dan Krisna menumpang di salah satunya bernama Hotel Rani. Krisna menumpang di pos security Hotel Rani sambil mencari pekerjaan.

Hari pertama yang Krisna lakukan adalah membersihkan halaman parkir hotel tersebut. Lalu, jam 12 malam hingga jam 3 subuh, Krisna mencuci mobil yang ada di parkiran tersebut. Setelah itu, barulah Krisna beristirahat tidur di pos security sampai jam 7 pagi.

Setelah itu, pemilik mobil yang dicuci Krisna pun keluar dan ternyata pemilik Hotel Rani yang ditumpangi Krisna. Seketika Krisna meminta izin untuk tinggal sementara di hotel tersebut sambil membersihkan halaman dan mencuci mobil, Krisna juga diberi makan sebagai upah yang dia kerjakan.

"Saya tinggal di pos security beralaskan bantal batu batako selama dua tahun berukuran 2x2,5 (meter)," kenang Krisna.

Rutinitas itu kerap dilakukan Krisna setiap hari dan pendapatannya dari mencuci mobil hanya sebesar Rp2.000-Rp5.000 per hari. Dalam sebulan, Krisna hanya mendapatkan Rp150 ribu. Krisna pun bertekad ia akan menjadi orang yang sukses di Bali.

Setelah berjalan dua tahun, Krisna memutuskan berhenti mencuci mobil karena terlalu berat untuk bekerja malam. Dengan modal dari mencuci mobil sebesar Rp150 ribu, itu Krisna kumpulkan untuk membeli sepeda motor Honda 70. Lewat itulah Krisna mulai mencari pekerjaan, dan pekerjaan pertamanya adalah di koveksi Sidharta. Di luar jam kerja, Krisna melakukan pekerjaan bersih-bersih hingga belajar menjahit, sablon dan cutting.

"Yang tadinya saya hanya tamatan SMP tidak tahu apa-apa, begitu bekerja di sana punya kelebihan menjahit, sablon dan motong (cutting)," ujar Krisna.

Setelah pekerjaan semakin banyak, Krisna pun mulai membawa pekerjaan keluar. Di situ, Krisna bertemu teman SMP-nya yang menjadi istrinya sekarang. Dahulu, istrinya juga bekerja sebagai tukang jahit, lalu Krisna juga memiliki keahlian di bidang tersebut sehingga memutuskan menikah di usia muda.

Awalnya, bos tempat Krisna bekerja ragu karena usia Krisna terlalu muda untuk menikah. Namun, Krisna bertekad, setelah menikah perusahaan Sidharta ini pun akan dia besarkan. Dan itu semua terjadi karena banyaknya pekerjaan dilakukan Krisna dengan istrinya hingga mereka bisa kontrak tanah.

Di tengah perusahaan Sidharta yang semakin maju, Krisna juga tak mau ketinggalan. Pada tahun 1990, ia dan istrinya memutuskan mengontrak toko kecil berukuran 6x5 m untuk membuka konveksi bernama Cok Konfeksi. Namun, mengisi konveksi itulah yang berat. Akhirnya, Krisna mengajak Sidharta bermitra dengannya hingga tahun 1994.

Setelah empat tahun bekerja sama, Krisna bertekad untuk benar-benar mandiri. Setelah 4x meminta berpisah, akhirnya barulah diizinkan berpisah oleh istri Sidharta. Namun, harus ada pembagian aset dan inventaris sejak tahun 1990 hingga 1994. Terhitunglah Rp60 juta dibagi dua. Masing-masing dari Krisna dan Sidharta mendapatkan Rp30 juta. Namun, Krisna tidak memiliki uang untuk membayarnya. Barulah selama enam tahun dicicil, tahun 2000 dilunasi oleh Krisna.

Pada tahun 2000, konveksi terbesar di Bali adalah Sidharta, tetapi tahun 2001, konveksi terbesar di Bali adalah Cok Konfeksi milik Krisna Krisna.

Pada tahun 2006, Krisna mengajak istrinya untuk ekspansi ke bisnis lain. Setelah meneliti, Krisna melihat peluangnya adalah bisnis oleh-oleh baju kaos 'I Love Bali' dan camilan. Pada tahun 2007, Krisna memberanikan diri membuka toko oleh-oleh 'Krisna Oleh-oleh Khas Bali'. Saat hari pertama pembukaan, laku keras hingga mengantongi Rp4 juta, tetapi makin hari makin menurun. Padahal, Krisna sudah melakukan pinjaman ke bank.

Krisna pun akhirnya berpikir keras dan melakukan strategi marketing. Ia membagikan brosur yang jika ditukar akan mendapatkan kaos 'I Love Bali'. Namun, sebelum brosur tersebut ditukar, Krisna akan meminta orang-orang untuk berkeliling toko oleh-olehnya. Cara itu pun berhasil. Paling tidak, satu orang bisa membeli oleh-oleh hingga Rp100 ribu.

Cara promosi yang kedua adalah Krisna meminta teman-temannya memarkirkan mobil di halaman toko oleh-olehnya selama dua bulan agar terlihat ramai.

"Sekarang boro-boro parkir di Krisna karena Krisna kurang lahan parkir (saking ramainya)," tandas Krisna.

Pada tahun 2008, Krisna pun memutuskan membuka 'Toko Krisna' yang kedua dengan luas 5.000 meter persegi di samping oleh-oleh Erlangga. Meski awalnya bersaing, tetapi hubungan Krisna dan Erlangga justru sangat baik seperti keluarga. Dan kedua toko oleh-oleh ini pun menjadi toko oleh-oleh terbesar di Bali.

Krisna juga membagikan pengalamannya saat ia berusia 35 tahun merasakan uang sebesar Rp1 miliar dari penjualan oleh-oleh. Krisna juga tak lupa dengan kampung halamannya. Ia membuka toko oleh-oleh seluar tiga hektare di tengah sawah untuk turut memberikan penghasilan untuk mengabdi kepada desa dan tanah leluhurnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement