Selasa 13 Jul 2021 07:34 WIB

UMM Dorong Guru Miliki Jiwa Nasionalisme Tinggi

guru mengemban peranan vital dalam konteks nasionalisme di era globalisasi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan Stadium General Wawasan Kebangsaan secara daring.
Foto: dok. Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan Stadium General Wawasan Kebangsaan secara daring.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendorong guru bisa memiliki jiwa nasionalisme tinggi. Hal ini dipertegas dalam Stadium General Wawasan Kebangsaan yang menghadirkan 960 mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prodi PPG Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM secara daring.

Wakil Rektor I UMM, Profesor Syamsul Arifin mengatakan, guru mengemban peranan vital dalam konteks nasionalisme di era globalisasi. Seperti diketahui, saat ini dunia berada dalam era globalisasi 3.0 yang dipercepat dengan adanya revolusi industri 4.0. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri sehingga guru memerankan peranannya dalam konteks nasionalisme di era globalisasi.

Syamsul mengapresiasi komitmen Prodi PPG FKIP dalam meningkatkan kapasitas para mahasiswa yang sebenarnya seorang guru. "Apresiasi saya berikan kepada Prodi PPG yang terus berusaha membina para peserta PPG untuk menjadi guru profesional demi kemaslahatan bangsa dan negara," ucapnya dalam keterangan pers, Senin (12/7).

Adapun kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber yakni, Brigjen TNI Elman Nawendro, Poncojari Wahyono, dan Trisakti Handayani. Dalam paparannya, Komandan Pusdik Arhanud, Elman Nawendro mengatakan, belakangan wawasan kebangsaan memiliki indikasi untuk menurun. Hal ini ditandai dengan melemahnya pemahaman, penghayatan, dan pengalaman terhadap nilai-nilai budaya dan Pancasila. 

Untuk mengatasi hal tersebut, Elman mengatakan, penanaman konsep wawasan terkait rasa, semangat, dan paham kebangsaan melalui pendidikan harus dilakukan. Pendidikan formal, informal maupun nonformal yang dimulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan pendidikan merupakan sarana yang efektif. Hal ini terutama untuk menanamkan pemahaman atas nilai-nilai empat konsensus nasional.

Elman juga sempat berpesan agar seluruh komponen masyarakat dapat bahu-membahu dalam memupuk rasa nasionalisme yang dimiliki. Seluruh komponen bangsa harus berperan aktif dan bekerja sama dengan cara yang sesuai dengan budaya bangsa dalam mewujudkan nasionalisme. Hal ini terutama untuk kepentingan nasional di atas kepentingan individu, kelompok, golongan, atau suku bangsa.

Sementara itu, Dekan FKIP UMM, Poncojari Wahyono secara spesifik menyoroti tentang internalisasi nilai wawasan kebangsaan dalam pendidikan di wilayah perbatasan. Menurut Ponco, kualitas SDM Indonesia terbilang rendah jika dibandingkan negara tetangga, khususnya di wilayah perbatasan. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan internalisasi nilai wawasan kebangsaan di sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. 

Ia pun mengajukan empat desain internalisasi nilai wawasan kebangsaan. Upaya-upaya internalisasi nilai agama dan kebangsaan bisa dilakukan dengan langkah-langkah revitalisasi pendidikan dasar dan menengah. Kemudian melakukan pengelolaan guru yang profesional, revitalisasi kurikulum dan ujian nasional. Di samping itu juga melakukan internalisasi nilai wawasan kebangsaan kepada seluruh masyarakat melalui pelatihan.

Pada kesempatan sama, Kaprodi PPG UMM, Trisakti Handayani mengangkat topik "Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia dan Peran Guru Profesional dalam Mewujudkan Generasi Berkarakter". Sejalan dengan tema yang diangkat, Trisakti mengupas ideologi Pancasila dengan apik. 

Menurutnya, nilai-nilai karakter Pancasila berakar dari filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewanatara yang sudah dielaborasi. Namun kristalisasi nilai-nilai Pancasila pada dasarnya mencakup lima nilai utama. "Yakni religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas," jelasnya.

Menurut Trisakti, ada empat strategi pengembangan karakter Pancasila. Keempat strategi itu meliputi penerapan dalam kurikuler dan kokurikuler. Begitupun dengan penerapan dalam kegiatan ekstrakurikuler serta di bidang non-kurikuler. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement