Jumat 23 Jul 2021 18:33 WIB

Erick: Produksi Vaksin Seyogianya tak Lagi Impor

Erick mendorong produksi vaksin Covid-19 dilakukan dalam negeri

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri BUMN Erick Thohir melakukan Live IG dengan Indra Rudiansyah yang menjadi bagian tim Jenner Institute untuk uji klinis vaksin AstraZeneca pada Jumat (23/7).
Foto: dok. Istimewa
Menteri BUMN Erick Thohir melakukan Live IG dengan Indra Rudiansyah yang menjadi bagian tim Jenner Institute untuk uji klinis vaksin AstraZeneca pada Jumat (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berharap Indra Rudiansyah mengaplikasikan ilmu dan pengalamannya bagi PT Bio Farma (Persero) ke depan. 

Indra merupakan karyawan PT Bio Farma (Persero) yang sedang menyelesaikan S3 Program Clinical Medicine di University of Oxford, Inggris. 

Tak hanya menempuh pendidikan, Indra saat ini menjadi bagian tim Jenner Institute pimpinan Profesor Sarah Gilbert untuk uji klinis vaksin AstraZeneca. 

Erick mengatakan Indra bersama tim memiliki pengalaman dalam mengembangkan vaksin dengan sistem viral vector atau virus lain yang dimodifikasi untuk memicu respons imun. 

Erick menyebut sistem tersebut berbeda dengan metode produksi vaksin Bio Farma dari bahan baku Sinovac yang melalui inactivated vaccine yang merupakan vaksin versi lemah atau inaktivasi dari virus untuk memancing respons imun. 

"Di Indonesia, Bio Farma masih inactivated virus. Dengan viral vector kita coba lihat apakah sistem dan produksinya sudah siap. Siapa tahu bisa kita kembangkan untuk vaksin merah putih atau vaksin BUMN yang bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat (AS)," ujar Erick saat Live Instagram dengan Indra Rudiansyah yang menjadi bagian tim Jenner Institute untuk uji klinis vaksin AstraZeneca pada Jumat (23/7). 

Kata Erick, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim juga telah berbicara dengan Profesor Gordon dari University of Oxford untuk menjajaki kerja sama University of Oxford dengan universitas di Indonesia. 

Erick menyampaikan pengembangan vaksin merah putih dan vaksin BUMN ditargetkan rampung pada Maret atau April 2022.

"Sekarang untuk jangka pendek bagaimana bisa produksi vaksin merah putih dan vaksin BUMN dengan protein rekombinan supaya tidak impor vaksin terus jika kita bikin sendiri," ungkap Erick. 

Erick sependapat dengan Indra tentang pentingnya ketersediaan vaksin selain covid-19 seperti vaksin polio hingga meningitis. 

Selama ini, ucap Erick, Bio Farma telah memproduksi 1 miliar vaksin polio hingga meningitis. Erick menyampaikan kapasitas produksi Bio Farma saat ini bertambah menjadi 1,5 miliar dosis vaksin yang mana 250 juta untuk produksi bahan baku vaksin Sinovac dan sisanya diharapkan untuk pengembangan vaksin melalui sistem viral vector.

"Kita inactivated dan protein rekombinan busay, tapi viral factor dan mRNA belum bisa. Tapi dengan adanya (tambahan) produksi 500 juta, yang 250 juta itu bukan buat Sinovac, bisa kita upgrade. Intinya Indra siap bantu, paling tidak Oktober tahun depan tetap gabung Bio Farma kibarkan bendera Merah Putih untuk vaksin ke depan, baik utk covid dan penyakit lain yang jadi ancaman negara kita," kata Erick.

Indra Rudiansyah mengaku intens berkomunikasi dan berdiskusi dengan tim dari Bio Farma terkait pengembangan vaksin melalui metode viral vector dan mRNA. 

Indra meyakini Bio Farma pun mampu mengembangkan vaksin dengan viral vector. "Viral vector dan mRNA membuka banyak hal yang tidak terpikir sebelumnya, meski teknologi ini masih baru tp kita lihat kasus covid itu bisa hasilkan efektivitas tinggi," ucap Indra.

Tak hanya untuk vaksin Covid-19, lanjut Indra, Bio Farma juga dapat memanfaatkan viral vector untuk menemukan vaksin penyakit lain yang belum ada hingga kini. 

Menurut Indra, hal ini menjadi peluang dan kesempatan bagi Bio Farma untuk naik kelas menjadi perusahaan farmasi kelas dunia.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement