Senin 26 Jul 2021 00:15 WIB

Aturan Dine In Rumah Makan PPKM Level 4 Kurang Realistis

Kalau maksimal hanya tiga orang yang bisa dine in, maka berpotensi terjadi antrean.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Umum Jaringan Wirausaha (Jawara) Depok, Ubaidilah Walisoto
Foto: Dok pribadi
Ketua Umum Jaringan Wirausaha (Jawara) Depok, Ubaidilah Walisoto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perpanjangan PPKM level 4 sampai dengan 2 Agustus 2021 akan diterapkan dengan sejumlah pelonggaran. Termasuk aturan diperbolehkannya makan di restoran atau rumah makan, namun dengan durasi waktu makan dan pembatasan jam operasional. 

Namun, menurut Ketua Jaringan Wirausaha Depok, Ubaidilah, aturan ini kurang realistis dalam penerapannya nanti. “Sebagai pelaku usaha saya berterimakasih atas peraturan baru tersebut karena dengan dibolehkannya dine in maka nafas cashflow kami akan sangat terbantu. Hanya saja memang aturannya agak kurang realistis,” jelas Ubaidillah kepada Republika.co.id, Ahad (25/7). 

Baca Juga

Ubay merujuk kepada berkas yang tersebar mengenai Evaluasi PPKM Jawa Bali yang dikeluarkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang tercatat keluar pada 25 Juli ini. Dalam Evaluasi tersebut, tertulis aturan PPKM Level 4, di mana rumah makan harus membatasi jumlah sebanyak hanya tiga pengunjung saja yang boleh makan di tempat. Sementara durasi makan juga dibatasi, hanya sampai 20 menit saja.

Dengan aturan tersebut, malah membuat dampak lainnya saat diterapkan nanti. “Justru kalau maksimal hanya tiga orang saja, maka berpotensi akan terjadi antrean orang untuk menunggu, dan ini malah yang berpotensi penularan,” kata Ubay.

Menurutnya, antrean itu akan menjadi lebih panjang jika datang lagi pengunjung yang hendak makan di tempat. Sementara tempat menunggunya sendiri juga sangat terbatas. Dengan bertambahnya antrean, maka hal itu akan menimbulkan potensi orang-orang berkerumun.

Ubay menilai pemerintah kurang memikirkan dengan matang aturan tersebut. “Dalam tataran implementasi pastinya sulit dan justru menimbulkan masalah baru yaitu antrean tadi. Jadi saya kira pemerintah berpikirnya kurang komprehensif. Saya cek bahasa di sini (berkas evaluasi) ini adalah usulan, semoga aturan maksimal tiga orang tidak jadi diterapkan,” jelas dia. 

Selain itu, Ubay juga berharap pemerintah dapat mendata rumah makan atau restoran yang benar-benar jatuh hingga terpuruk akibat pandemi. Terlebih beberapa dari mereka harus membayar para karyawan. 

Dengan mendata, maka mereka mendapatkan bantuan yang tepat sasaran dari pemerintah. Artinya, pemerintah perlu memerhatikan lebih seksama mengenai nasib dari rumah makan dan restoran.

Sementara, pada pidato Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Ahad pukul 19.00, tak disebutkan mengenai aturan maksimal tiga orang pengunjung rumah makan yang boleh makan di tempat. Jokowi hanya memberikan penjelasan mengenai durasi makan di tempat oleh pengunjung.

 

 

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia (orang itu) menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

(QS. Al-Baqarah ayat 259)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement