Selasa 03 Aug 2021 18:46 WIB

Dikeluhkan, Stok Vaksin Menipis Saat Vaksinasi Dosis Kedua

Masyarakat yang sudah dijadwalkan mendapat vaksin kedua terancam batal

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Tenaga kesehatan melakukan pendataan kesehatan kepada anak saat mengikuti vaksinasi COVID-19 di Graha Asia, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (27/7/2021). Sebanyak 1.000 anak mengikuti gebyar vaksinasi COVID-19 bagi anak dan remaja berusia 12-17 tahun yang diselenggarakan oleh Polres Tasikmalaya bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kota Tasikmalaya sebagai upaya menekan lonjakan penularan virus corona.
Foto: ANTARA/ADENG BUSTOMI
Tenaga kesehatan melakukan pendataan kesehatan kepada anak saat mengikuti vaksinasi COVID-19 di Graha Asia, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (27/7/2021). Sebanyak 1.000 anak mengikuti gebyar vaksinasi COVID-19 bagi anak dan remaja berusia 12-17 tahun yang diselenggarakan oleh Polres Tasikmalaya bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kota Tasikmalaya sebagai upaya menekan lonjakan penularan virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN-- Sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) mengeluh lantaran stok vaksin mulai menipis. Sementara distribusi vaksin dari pemerintah pusat tak jelas kepastiannya.

Di Kabupaten Pangandaran misalnya, Bupati Jeje Wiradinata sampai harus meminta stok vaksin ke berbagai saluran. Bahkan, ia sempat meminta kepada mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, yang tinggal di Pangandaran. Tapi hasilnya nihil. "Saya sudah ke Menkes, ke Bu Susi (Pudjiastuti), berbagai saluran. TNI-Polri. Tapi tak ada," kata dia saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (3/8).

Padahal, saat ini sedang dilaksanakan vaksinasi dosis kedua di Kabupaten Pangandaran. Sementara berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran, stok vaksin hanya cukup untuk melakukan vaksinasi hingga Rabu (4/8). Setelah itu, apabila distribusi vaksin tak juga datang, masyarakat yang sudah dijadwalkan mendapat vaksinasi dosis kedua terancam batal.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran, Yadi Sukmayadi menyatakan, masalah itu muncul lantaran stok vaksin yang ada sudah dialokasikan untuk penyuntikan dosis pertama. Sementara, distribusi vaksin tak kunjung datang lagi dari pusat. Alhasil, ketika jadwal vaksinasi dosis kedua, tak ada lagi stok vaksin.

"Kendalanya sekarang, ketika vaksin dihabiskan untuk dosis pertama, dan sudah ada jadwal untuk vaksinasi dosis kedua, vaksinnya belum ada lagi," kata dia saat dihubungi Republika, Senin (2/8).

Masalah itu dikhawatirkan akan membuat gejolak di masyarakat. Dampaknya, petugas di lapangan berpotensi menjadi sasaran. Stok vaksin yang terbatas tak hanya terjadi di Kabupaten Pangandaran, melainkan juga di Kabupaten Garut. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani mengatakan, saat ini pelaksanaan vaksinasi di Kabupaten Garut mengandalkan stok dari instansi lain, semisal TNI, Polri, dan BPBD. Sementara stok vaksin jatah Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sudah habis.

Leli menjelaskan, stok vaksin jatah dinas kesehatan habis karena sudah dialokasikan untuk penyuntikan dosis pertama. Menurut dia, pemerintah daerah ditutuntut segera menghabiskan stok vaksin yang ada ketika diberikan dari pusat.

"Kalau kita simpan untuk dosis kedua, nanti akan lebih banyak yang terpapar. Kan minimal kalau sudah ada vaksin pertama, lumayan kekebalannya, pencapaiannya juga jadi lumayan," kata dia.

Apabila stok habis ketika masuk jadwal masyarakat yang akan melaksanakan vaksinasi dosis kedua, pihaknya akan meminta ke instansi lain. Menurut dia, selama ini skema tersebut masih berjalan baik dalam pelaksanaan vaksinasi di Kabupaten Garut.

Leli mengungkapkan, apabila stok vaksin disimpan untuk penyuntikan dosis kedua, Kabupaten Garut akan tercatat memiliki banyak stok vaksin di aplikasi. Akibatnya, jatah vaksin untuk Kabupaten Garut tak akan dikirimkan dengan cepat. Karenanya, pihaknya lebih memilih menghabiskan stok yang ada daripada menyimpannya untuk penyuntikan dosis kedua. "Pernah kita dapat 40 ribu dosis, kita pakai 20 ribu dulu, sisanya untuk dosis kedua. Ternyata kita tak dapat dropping vaksin. Karena di aplikasi tercatat masih ada vaksinnya," kata dia.

Padahal, Leli menyebutkan, stok itu disimpan untuk vaksinasi dosis kedua. Namun, pemerintah pusat menyuruh untuk menghabiskan terlebih dulu stok yang ada. Ketika di aplikasi mulai menipis, baru pusat akan mengirim vaksin lagi.

Namun, menurut dia, selama ini pelaksanaan vaksinasi di Kabupaten Garut masih relatif kondusif. Artinya, stok vaksin selalu tersedia ketika dibutuhkan. "Kita belum pernah mengalami stok vaksin kosong saat sudah mulai vaksinasi dosis kedua. Kita pasti upayakan ke instansi lain yang bisa menyalurkan vaksin," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmakaya, Asep Hendra mengatakan, animo masyarakat di daerahnya untuk melakukan vaksinasi diklaim terus meningkat. Namun, distribusi vaksin dari pemerintah pusat justru terhambat.

Karena itu, menurut dia, petugas di lapangan dengan terpaksa mengerem pelaksanaan vaksinasi. Sebab, hingga saat ini Kota Tasikmalaya belum mendapat lagi kiriman vaksin dari pusat. "Saat ini stok vaksin di gudang farmasi Kota Tasikmalaya sudah habis," kata Asep, pekan lalu.

Vaksin yang ada di gudang farmasi Kota Tasikmalaya sudah seluruhnya didistribusikan ke puskesmas. Menurut Asep, stok yang ada di puskesmas tak bisa dialihkan untuk penyuntikan dosis pertama. Sebab, stok vaksin itu hanya tersisa untuk penyuntikan dosis kedua kepada masyarakat. 

Apabila semua stok vaksin yang ada disuntikkan ke masyarakat, petugas akan kebingungan ketika jadwal untuk penyuntikan kedua tiba. Sebab, tak ada kepastian terkait distribusi vaksin ke Kota Tasikmalaya. Dikhawatirkan, ketika tiba waktunya jadwal suntikan kedua kepada masyarakat, tapi tak ada vaksinnya, petugas di lapangan akan menjadi sasaran. 

"Kalau kita pakai vaksin dosis dua untuk yang lain, ketika jadwal suntikan kedua tiba tapi tak ada vaksin, kita mau bagaimana, Kan petugas yang jadi sasaran. Soalnya suntikan dosis kedua sudah dijadwal by name by address, jadi tak bisa digunakan untuk suntikan dosis pertama," kata dia.

Asep mengaku tak ingin membuat capaian vaksinasi di Kota Tasikmalaya seolah-olah tinggi dengan banyaknya masyarakat yang sudah mendapatkan suntikan dosis pertama. Sebab, efek vaksin baru benar-benar bekerja setelah orang mendapat suntikan dua kali."Suntikan pertama itu baru pengenalan," kata dia.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement