Rabu 04 Aug 2021 11:43 WIB

Peneliti Ekstrak DNA Tengkorak Beruang Berusia 32 Ribu Tahun

Banyak pertanyaan tentanag bagaimana beruang bisa tiba di pulau di Jepang.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
DNA (ilustrasi)
DNA (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti menemukan DNA yang diekstraksi dari tengkorak beruang berusia 32.500 tahun. Temuan ini mengisyaratkan kalau beruang coklat zaman es bermigrasi ke Honshu, pulau terbesar di Jepang dan tinggal di dekat Tokyo saat ini sebelum akhirnya punah.

Dilansir dari livescience, Rabu (4/8), pata peneliti mencatat dalam sebuah laporan baru, yang diterbitkan Selasa (3/8) di jurnal Royal Society Open  Sains. Ilmuwan mengungkap bahwa saat ini satu-satunya beruang coklat Jepang (Ursus arctos) hidup di Hokkaido, pulau paling utara di kepulauan Jepang.

Baca Juga

Bukti menunjukkan kalau nenek moyang beruang ini bermigrasi ke pulau dari Sakhalin, sebuah pulau di utara Hokkaido yang sekarang menjadi bagian dari Rusia saat ini. Ilmuwan mengatakan beruang kemungkinan besar berjalan terhuyung-huyung di atas jembatan darat yang menghubungkan Sakhalin dan Hokkaido di berbagai titik di Pleistosen, periode waktu yang berlangsung dari 2,6 juta hingga sekitar 11.700 tahun yang lalu.

"Meskipun beruang coklat tidak lagi berkeliaran di sekitar Tokyo, fosil mereka berusia antara 340.000 dan 20.000 tahun telah ditemukan di beberapa lokasi di Pulau Honshu," kata Penulis Utama sekaligus Asisten Profesor Senior di Pusat Penelitian Ilmu Hayati Universitas Yamanashi di Jepang, Takahiro Segawa.

Banyak pertanyaan tentang kapan dan bagaimana beruang Honshu pertama kali tiba di pulau itu. Sayangnya, hanya ada sedikit bukti fosil tentang migrasi hewan tersebut.

"Jumlah fosil beruang coklat yang digali dari Pleistosen di Jepang langka, dengan kurang dari sepuluh spesimen yang tidak lengkap," kata dia.

Ia menambahkan terdapat satu spesimen unik, yang digali dari sebuah gua di Prefektur Gunma, barat laut wilayah Tokyo Raya, termasuk tengkorak beruang, lengkap dengan petrosal kanan dan kiri bagian padat dari tulang temporal yang mengelilingi telinga bagian dalam.

Struktur padat petrosal membantu melindungi DNA purba dari degradasi, sehingga fragmen tulang ini mempertahankan lebih banyak DNA daripada tulang fosil lainnya.

"Mengetahui hal ini, tim peneliti mengumpulkan sejumlah kecil bubuk petrosal dari tengkorak beruang coklat dan membawanya ke laboratorium mereka untuk analisis DNA," kata dia.

Sampel berusia sekitar 32.700 hingga 32.200 tahun. Tim kemudian membandingkan urutan genetik yang dipulihkan dari petrosal dengan 95 genom yang hampir lengkap dari beruang coklat lainnya, termasuk semua yang tersedia dari garis keturunan Hokkaido terdekat.

"Berdasarkan analisis ini, kami menyimpulkan kalau beruang Honshu termasuk dalam garis keturunan yang sebelumnya tidak diketahui yang memisahkan diri dari garis keturunan saudaranya, yang disebut kelompok beruang coklat Hokkaido Selatan, sekitar 160.000 tahun yang lalu.  Beruang melintasi selat Tsugaru, yang memisahkan Hokkaido dan Honshu, kadang-kadang di sekitar perpecahan itu," kata dia.

Diketahui, menurut laporan tahun 2005 dalam jurnal Paleoceanography dan Paleoclimatology terdapat bukti fosil yanh menunjukkan mamalia besar lainnya, termasuk gajah Naumann (Palaeoloxodon naumanni) dan rusa raksasa (Sinomegaceros yabei), menyeberang dari Hokkaido dan Honshu beberapa ribu tahun kemudian, sekitar 140.000 tahun yang lalu, selama periode glasial ketika laut  tingkat rendah.

Beruang coklat mungkin telah memanfaatkan perairan dangkal yang sama untuk mencapai Honshu. Fosil beruang coklat tertua yang pernah ditemukan di Honshu diperkirakan berusia 340.000 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement