Kamis 05 Aug 2021 14:38 WIB

Wakil Ketua MPR: Pandemi Bagian dari Ujian Ketauhidan

Pandemi harus dihadapi dengan kekuatan iman bahwa semua daya dan upaya itu dari Allah

Red: Mas Alamil Huda
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid.
Foto: MPR
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi bagian dari ujian ketauhidan. Pandemi, menurut dia, menguji seberapa kuat keimanan seorang hamba kepada Allah SWT untuk melihat fenomena virus corona dengan prespektif masing-masing.

"Orang sekuler melihat Covid-19 seperti apa? Orang NU seperti apa? Karena saya meyakini akidah saya, iman kepada qada dan qadar Allah SWT. Maka saya meyakini betul ini adalah ketentuan Allah. Saya tahu betul bahwa ketentuan Allah dibuat pasti ada hikmahnya untuk manusia," kata Jazilul atau Gus Jazil dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (5/8).

Menurut dia, orang boleh saja memaknai pandemi ini sebagai bagian dari skenario global, ada yang bilang dibuat di Tiongkok dan skenario global. Ia menilai, anggapan tersebut boleh saja karena manusia diberikan kekuatan oleh Allah untuk membuat skenario. Namun, kata Gus Jazil, pembuat skenario tertinggi hanya Allah.

"Kita sebenarnya menghadapi apa pun itu dalam skenario Allah, itu yang penting. Allah membuat skenario-skenario di bumi sebagai tatanan dan ujian," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Gus Jazil, pandemi Covid-19 harus dihadapi dengan kekuatan iman bahwa semua daya dan upaya itu dari Allah. Ia menilai, pandemi Covid-19 justru menjadi cermin bagi masyarakat untuk melihat seberapa dekat dengan pembuat virus tersebut, pembuat alam ini, yang membuat manusia, dan skenario.

"Pada zaman sekarang, biasanya banyak yang menganggap apa itu doa, terkadang orang-orang menyepelekan doa. Tidak ada lagi konsep berkah, konsep keselamatan dari Allah," katanya.

Akibat pandemi Covid-19, kata dia, bangsa Indonesia menghadapi krisis multidimensi seperti pendapatan negara turun, utang membengkak, dan seakan-akan bangsa ini tidak mampu berbuat apa pun, serta tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi sesudah pandemi. Pada saat ini, menurut dia, masing-masing warga harus bisa menasihati diri sendiri karena 'obat' terbaik berasal dari diri sendiri dan begitu pula nasihat terbaik sekaligus musuh terberat juga datang dari diri sendiri.

"Kita harus sering bicara dengan diri sendiri untuk berkontemplasi dan mengevaluasi diri, siapa kita serta Covid-19 ini seperti apa, karena siapa yang bisa menemukan dirinya sendiri maka dia yang paling berbahagia. Dalam konsep tasawuf, siapa yang telah menemukan dirinya sendiri, dia akan menemukan Tuhan," kata Jazilul.

Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta itu mengajak semua pihak, terutama umat Islam, memperbanyak doa di tengah pandemi agar diberikan keselamatan, kesehatan, dan semangat untuk menyebarkan agama Allah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement