Selasa 10 Aug 2021 18:53 WIB

China Pun Merasakan Amukan Varian Delta

Kasus Covid-19 varian Delta pertama kali ditemukan Bandara Lukou, Nanjing.

Red: Andri Saubani
Pria yang mengenakan masker berjalan di stasiun kereta api di Shanghai, Cina, 29 Juli 2021. Cina melaporkan 24 kasus baru COVID-19 yang ditularkan secara lokal, menurut Komisi Kesehatan Nasional. Lebih dari 170 orang telah didiagnosis dengan varian Delta. Wabah utama terjadi di kota timur Nanjing, di provinsi Jiangsu.
Foto: EPA-EFE/ALEX PLAVEVSKI
Pria yang mengenakan masker berjalan di stasiun kereta api di Shanghai, Cina, 29 Juli 2021. Cina melaporkan 24 kasus baru COVID-19 yang ditularkan secara lokal, menurut Komisi Kesehatan Nasional. Lebih dari 170 orang telah didiagnosis dengan varian Delta. Wabah utama terjadi di kota timur Nanjing, di provinsi Jiangsu.

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk pertama kali dalam tiga pekan terakhir, Nanjing, China, tidak mencatat kasus positif baru Covid-19 pada Ahad (8/8) lalu. Namun otoritas kesehatan di ibu kota Provinsi Jiangsu itu pada Senin (9/8), tetap memperingatkan, masyarakat bahwa nol kasus harian itu bukan berarti tindakan anti-epidemi bakal dilonggarkan.

Sejak kasus varian Delta ditemukan pertama kali di Bandar Udara Internasional Lukou, sudah 231 orang terjangkit Covid-19 dari varian baru itu di Nanjing. Sebanyak 207 warga terkonfirmasi positif yang menjalani perawatan sudah dalam kondisi stabil, kata Deputi Direktur Biro Kesehatan Nanjing, Ding Xiaoping, kepada pers.

Baca Juga

Empat orang pasien dipindahkan ke rumah sakit khusus untuk mulai menjalani rehabilitasi medis pada Senin. Dua kawasan berisiko sedang di Nanjing juga telah diturunkan statusnya menjadi risiko rendah.

Dengan demikian, sampai saat ini di Nanjing tersisa satu kawasan berisiko tinggi dan 19 lainnya berisiko sedang. Sebanyak 15 pejabat publik di Nanjing bahkan dipecat, termasuk Wakil Wali Kota Hu Wanjin, Ketua Komisi Kesehatan Partai Komunis China (CPC) Nanjing Fang Zhongyoudan Komandan Satuan Kerja Pengendalian Pandemi Bandara Lukou Wang Chao.

Nanjing sebenarnya bukan kota pertama di China yang terserang Covid-19 varian Delta. Ruili, kota kecil di perbatasan China-Myanmar, ditengarai menjadi tempat masuk varian itu dan kini untuk yang keempat kalinya akses keluar-masuk kota itu ditutup atau lockdown. Lockdown terakhir diterapkan otoritas kota di Provinsi Yunnan itu, yang kerap kali menjadi "jalur tikus" pelaku perjalanan lintas-batas, pada 5 Juli setelah ditemukan tiga kasus positif sehari sebelumnya.

Beberapa distrik di Kota Guangzhou dan Kota Foshan, Provinsi Guangdong, sudah terlebih dulu menutup akses pada 31 Mei setelah munculnya varian baru Covid-19. Kedua kota itu menjadi pangkalan utama kedatangan pelaku perjalanan internasional, baik warga negara China maupun warga negara asing yang kembali ke China.

Bandar Udara Internasional Baiyun di Guangzhou yang sepanjang tahun 2020 telah menampung 43,77 juta penumpang, terpaksa membatalkan 519 jadwal penerbangan per hari sejak varian Delta menginfeksi warga provinsi di wilayah selatan daratan Tiongkok itu pada 21 Mei. Namun, dalam kurun waktu kurang dari sebulan, kota-kota di Provinsi Guangdong itu sudah membuka lagi aksesnya.

Demikian pula dengan Ruili, yang tidak membutuhkan waktu lama untuk pulih, terutama setelah sejumlah pejabat publik dipecat karena dianggap tidak becus dalam menegakkan protokol kesehatan anti-epidemi. Kasus Delta di Guangzhou dan Yunnan berbeda dengan di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu, di pesisir timur China.

Sejak pertama kali ditemukan tujuh kasus positif pada staf Bandara Internasional Lukou di Nanjing pada 20 Juli, varian Delta yang tadinya dianggap biasa-biasa saja tiba-tiba menjadi ancaman serius yang menghantui warga China. Bagaimana tidak, kurang dari sepekan varian itu telah merambah ke 30 kota yang tersebar di 18 dari 31 provinsi di China.

Hingga 5 Agustus saja, kasus varian Delta dari klaster Nanjing telah menjangkiti 600 warga di kota itu. Wajarlah jika 13 provinsi lain yang hingga kini belum menemukan kasus Delta akhirnya mengeluarkan peringatan dini bahaya varian tersebut.

Berbagai agenda besar akhirnya batal digelar. Termasuk, ajang tahunan "Beijing International Book Fair" yang sedianya mulai dibuka pada pertengahan Agustus ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement