Rabu 11 Aug 2021 21:50 WIB

Sowan ke Gus Baha, Ini Pesan Politik untuk Ahmad Muzani

Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani mendapat pesan politik dari Gus Baha

Red: Nashih Nashrullah
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani sowan ke Gus Baha, Selasa (10/8).  Muzani mendapat pesan politik dari Gus Baha
Foto: Dok Istimewa
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani sowan ke Gus Baha, Selasa (10/8). Muzani mendapat pesan politik dari Gus Baha

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG- Wakil Ketua MPR, Ahmad Muzani bersilaturahmi, ke kediaman Kiai Haji Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha.

Tujuan kedatangannya untuk ngaji kepada Kiai yang kata Muzani begitu dalam penguasaan kitab-kitab klasiknya yang ditulis dari ulama-ulama nusantara.

Baca Juga

Gus Baha lebih dulu menyampaiakn pesannya bahwa politik merupakan seni mengelola kepercayaan publik. Dan sekarang produk-produk politik lebih baik dibandingkan dengan zaman dulu (kerajaan). 

Di mana dulu raja-raja saling berperang untuk mendapatkan kekuasan, hingga pertumpahan darah tak terelakkan. 

Dewasa ini politik telah berjalan ke arah yang lebih baik. Misalnya, lepasnya Timor Timor dari Indonesia tidak melalui sebuah peperangan besar, tapi melalui jalan jajak pendapat.

Demikian juga dengan pemilihan bupati, walikota, dan gubernur melalui sistem pilkada. Metode ini dianggap lebih baik dibanding dengan zaman dahulu. Meski begitu Gus Baha menyadari, proses politik yang ada sekarang masih belum ideal.

"Kalau kita melihat politik sebagai cara atau seni mengelola kekuasaan dengan cara yang lebih enak, lebih beradab. Jadi cara (politik sekarang) itu sudah membaik, dari yang sebelumnya," kata Gus Baha di kediamannya, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Rembang, Jawa Tengah, Selasa (11/8).

"Kan nggak kebayang dulu (misalnya) Timur Leste keluar dari Indonesia (mekanismenya) lewat duel (atau perang). Tapi kan (pada akhirnya) lewat politik, lewat jajak pendapat. Begitu juga pemilihan gubernur dan bupati," imbuh Gus Baha. 

Sehingga, berpolitik yang dijalankan dewasa ini bisa dijalani dengan rasa enjoy. Sebab, politik merupakan suatu hal yang substansial, karena berhubungan dengan kemaslahatan umat.

Apabila politik tidak dijalankan dengan amanah, maka yang timbul adalah rasa saling menyalahkan dan curiga. Hal itu berimplikasi pada keterpurukan suatu bangsa. Ini penting agar kita tidak menjadi bangsa yang hanya bisa saling menyalahkan.

"Jadi politik itu kembali ke kemaslahatan publik. Istilahnya kamu punya kamar seribu, yang  dipakai tidur cuma satu kamar. Kalau punya beras satu ton, yang kamu makan hanya satu liter. Artinya apa, artinya kebutuhannya adalah sama-sama satu piring. Karena kalau proses politik itu tidak dianggap lebih baik atau membaik (sekarang ini), semua orang akan merasa salah terus dan akan saling menyalahkan. Jadi bangsa yang nggak punya ide untuk bikin rumus-rumus (kebijakan yang lebih) baik," papar Gus Baha. 

Merespons hal itu, Ahmad Muzani yang juga Sekjen Gerindra ini mengatakan, meski tidak mudah Partai Gerindra berkomitmen untuk menjalankan politik yang ideal sesuai pesan Gus Baha. Dia pun mengapresiasi pemikiran Gus Baha sebagai seorang ulama yang memiliki pandangan positif terhadap proses politik yang ada di Indonesia. 

"Pesan Gus sangat baik, itu memberikan pencerahan kepada kita semua. Sehingga dalam berpolitik, orang-orang yang terlibat di dalamnya menekankan pada prinsip bahwa politik adalah seni untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Sehingga prosesnya semua menjadi enjoy. Kami juga ingin menjalani amanat politik dengan enjoy, serius juga amanah, supaya sampai pada tujuan yaitu kemaslahatan rakyat," ujar Muzani.

"Alhamdulillah, politik sekarang tidak seperti dulu. Politik saat ini pertarungannya lewat seni mencari daya tarik masyarakat, seni mengelola simpati publik. Saya anggap bahwa ini kondisi yang lebih baik daripada perang darah-darah di kerajaan dulu. Artinya (politik) ini tidak pernah mencapai suatu proses yang ideal, selalu mengalami pergeseran-pergeseran ke arah membaik," respons Gus Baha. 

Muzani didampingi sejumlah anggota Fraksi Gerindra di DPR. Seperti Mohammad Hekal, Prasetyo Hadi, Abdul Wachid, dan Sudewo, serta jajaran pengurus Gerindra lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement