Kamis 12 Aug 2021 16:43 WIB

Pengendalian Covid-19 Belum Sentuh Substansi

Angka penularan dan kematian Covid-10 tetap saja tinggi.

Red: Joko Sadewo
Warga meninggal saat melakukan isolasi mandiri. (foto ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga meninggal saat melakukan isolasi mandiri. (foto ilustrasi)

Oleh : Muhammad Fakhruddin, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Kebijakan pemerintah dalam pengendalian Covid-19 dengan berbagai macam istilah dan singkatan dirasa belum menyentuh substansi. Upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 dirasa masih menjadi jargon dan seremoni belaka.

Beberapa jargon terus digaungkan seperti 3T yang dikenal dengan testing, tracing dan treatment, atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan tes, telusur dan tindak lanjut. Lalu muncul berbagai istilah dalam pengendalian Covid-19 seperti PSBB dan PPKM. Kendati berbagai istilah tersebut terus digaungkan namun nyatanya angka kematian Covid-19 masih tetap tinggi.

Tingginya angka kematian ini seharusnya menjadi perhatian serius pengendalian Covid-19. Namun, nampaknya hal ini hanya menjadi angka-angka statistik yang belum menumbuhkan kesadaran pemerintah dan masyarakat untuk fokus mencari solusi bagaimana mencegah kematian akibat Covid-19.

Memang mencegah Covid-19 bisa dengan meningkatkan disiplin protokol kesehatan dan membatasi kegiatan masyarakat, penerapan tracing, testing, dan treatment serta tetap memakai masker, menjaga jarak, dan tidak berkerumun, serta gempuran vaksinasi. Namun bagaimana mencegah kematian bagi pasien yang terlanjur terpapar Covid-19, hal ini yang masih menjadi PR besar bersama.

Seringkali angka kematian Covid-19 berbanding lurus dengan peningkatan kasus Covid-19. Jika kasus positif meningkat otomatis kasus kematian meningkat, jika kasus positif menurun otomatis menurun. 

Hal inilah yang harus menjadi fokus bersama bagaimana meskipun kasus Covid-19 meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan kasus kematian akibat Covid-19, bahkan harus diupayakan bagaimana agar warga yang terlanjur terpapar Covid-19 tidak berujung pada kematian.

Sebagai contoh kasus, tingkat kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Garut disebut merupakan yang tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Dari total 23.213 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Garut per Kamis (29/7), sebanyak 1.108 orang atau 4,7 7 persen di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, merujuk data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Pemerintah Provinsi Jabar (Pikobar) per Kamis, tingkat kematian pasien Covid-19 berada di angka 1,52 persen. Artinya, tingkat kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Garut jauh di atas rata-rata angka se-Jabar.

Sekitar 30 persen kasus kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Garut terjadi pada Juni 2021. Sebab, pada Juni terjadi lonjakan kasus yang signifikan (outbreak).

Penambahan kasus Covid-19 selama Juni melonjak enam kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya. Penambahan kasus yang signifikan itu secara otomatis berdampak kepada tingkat kematian.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka Covid-19 di Garut. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Asep Surachman mengungkapkan keterisian rumah sakit yang tinggi menyebabkan penanganan pasien Covid-19 di Kabupaten Garut sempat terhambat. Ketika itu, banyak pasien Covid-19 di puskesmas atau di rumah yang harus dirujuk ke rumah sakit masuk sebagai daftar tunggu. Mereka baru bisa dirujuk setelah dua atau tiga hari kemudian.

Di sisi lain, kondisi pasien tersebut juga semakin memburuk. Alhasil, mereka masuk ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah buruk. Selain faktor lonjakan kasus, terdapat juga masalah keterambatan deteksi. Keterlambatan itu bermula dari pemahaman masyarakat tentang Covid-19 yang relatif masih rendah.

Selain itu, banyak masyarakat yang merasakan gejala Covid-19, tapi dianggap sebagai penyakit flu biasa. Ketika mereka memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes), kondisinya sudah buruk. Terakhir, faktor yang membuat tingkat kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Garut tinggi adalah keterbatasan alat kesehatan (alkes) yang tersedia. Terutama ventilator.

Penyebab tingginya kasus kematian akibat Covid-19 seperti di Garut itu kemungkinan juga terjadi di daerah lain. Oleh karena itu, upaya pengendalian Covid-19 harusnya lebih menyentuh pada hal yang substansi yakni difokuskan untuk mengatasi tingginya angka kematian dengan mengatasi berbagai masalah dan penyebab kematian akibat Covid-19 seperti kasus yang terjadi di Garut itu.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement