Kamis 12 Aug 2021 21:16 WIB

Bukan Cuma Covid-19, TBC Juga Berbahaya Jika tak Diobati

WHO mencatat, sebanyak 1,4 juta orang meninggal karena TBC pada 2019.

Red: Qommarria Rostanti
Penyakit tuberkulosis atau TBC dinilai sama berbahayanya dengan Covid-19, bahkan juga bisa mematikan bila tak diobati sampai tuntas (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Penyakit tuberkulosis atau TBC dinilai sama berbahayanya dengan Covid-19, bahkan juga bisa mematikan bila tak diobati sampai tuntas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit tuberkulosis atau TBC dinilai sama berbahayanya dengan Covid-19, bahkan juga bisa mematikan bila tak diobati sampai tuntas. Dua masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia itu juga memiliki kemiripan cara penularannya, yakni dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi dan organ pernapasan yang diserang.

Covid-19 terjadi akibat infeksi virus SARS-CoV-2, sementara tubekulosis akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sama-sama menyerang organ pernapasan yakni paru-paru. Koordinator Substansi Tuberkulosis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, dr Tiffany Tiara Pakasi, mengajak semua orang bersama mengatasi dua penyakit yang memiliki cara penularan mirip.

"Efek mematikannya mungkin lebih cepat Covid-19, tetapi sebenarnya TBC juga mematikan jika tidak diatasi secara tuntas sampai sembuh," ujarnya dalam sebuah webinar kesehatan tentang TBC, Kamis (12/8).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sebanyak 1,4 juta orang meninggal karena tuberkulosis pada 2019. Di seluruh dunia, penyakit ini termasuk salah satu dari 10 penyebab kematian teratas dan penyebab utama dari agen infeksi tunggal (di atas HIV/AIDS). 

Walau mematikan, TBC bisa diobati dan disembuhkan. Sejak tahun 2000, diperkirakan 63 juta nyawa diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB. Oleh karena itu, pasien tetap harus minum obat rutin hingga sembuh. 

Kepatuhan minum obat juga membantu mencegah resistan obat yang membuat pengobatan lebih lama dan berpotensi menularkan kepada yang kontak. Di sisi lain, pelayanan tuberkulosis pun diupayakan tidak berhenti walau di masa pandemi."TBC di masa Covid-19, pasiennya harus tetap minum obat. Kelompok yang rentan tolong jangan diabaikan khususnya anak-anak, ibu hamil, lansia, pasien dengan komorbid karena tetap perlu ditanggulangi TBC-nya juga," kata Tiara.

Tetapi, mengingat adanya penyesuaian di masa pandemi ini terkait logistik, maka ada relaksasi dalam pengambilan obat. Tiara membolehkan obat diambil dari yang semula sepekan sekali menjadi dua pekan sekali. 

Selain itu, demi pencegahan, orang yang sehat disarankan tetap menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga rutin, dan rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Penting juga untuk memastikan rumah mendapatkan sinar matahari dan ventilasi udara memadai, memakai masker serta menerapkan etika batuk yang benar. "Penting tetap ada edukasi untuk pencegahan TBC di masa pandemi Covid-19 ini," ujar Tiara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement