Rabu 25 Aug 2021 01:32 WIB

Transformasi Digital Tingkatkan Efisiensi Sektor Air

Schneider Electric menyebut infisiensi di sektor air adalah kebocoran tidak terdektsi

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pipa PDAM (ilustrasi).  digitalisasi sektor air minum ini dapat mendukung pencapaian target 100 persen hunian akses air minum layak termasuk 15 persen akses aman pada 2024.
Foto: Wordpress
Pipa PDAM (ilustrasi). digitalisasi sektor air minum ini dapat mendukung pencapaian target 100 persen hunian akses air minum layak termasuk 15 persen akses aman pada 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Hedi Santoso mengatakan kontribusi terbesar inefisiensi di sektor air adalah konsumsi listrik dan pemborosan air akibat kebocoran pipa yang tidak terdeteksi. Sekitar empat persen konsumsi listrik secara global berasal dari sektor air.

Sementara sekitar 25 hingga 35 persen air hilang pada saat operasi pemompaan dan distribusi di dalam pipa, sebelum akhirnya sampai di tempat konsumen. Sehingga menurut dia dibutuhkan transparansi dan ketertelusuran aset air di seluruh jaringan operasional dan distribusi yang dapat meningkatkan visibilitas untuk pengambilan keputusan yang tepat berbasis data real-time

"Hal ini dimungkinkan dengan pemanfaatan sensor, artificial intelligence, digital-twin dan analisa prediktif dengan platform terbuka,” ungkap Hedi Santoso dalam acara bincang media Schneider Electric bertema “Roadmap Indonesia Menuju Smart Water Management”, Selasa (24/8).

Sementara Kasubdit Perencanaan Teknis Direktorat Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR Dades Prinandes mengatakan saat ini hampir sebagian besar kota di Indonesia menghadapi tiga krisis defisiensi, yaitu infrastruktur yang sudah tua dan kinerja yang memburuk, sumber air yang terbatas, serta kapasitas sumber daya manusia yang terbatas.

Hal ini yang menyebabkan seringkali pengelolaan operasional difokuskan pada masalah yang paling kritis dan mengabaikan operasional dan pemeliharaan yang dapat berdampak di jangka panjang.

Antara lain kehilangan air yang semakin besar, kehilangan finansial, resiko kesehatan dan kepuasan konsumen. Oleh karena itu roadmap Smart Grid Water Management yang dicanangkan pada RPJMN 2020-2024 memfokuskan pada tiga aspek yaitu Integrated Smart Water Management, Integrated Water Resource Management, serta pengembangan kompetensi sumber daya manusia.  Harapannya dengan digitalisasi sektor air minum ini dapat mendukung pencapaian target 100 persen hunian akses air minum layak termasuk 15 persen akses aman pada 2024.

Sementara itu Nanang Widyatmoko, ST, Manajer Kelola Sistem Informasi dan Aset Properti PDAM Surya Sembada Kota Surabaya menceritakan perjalanan digitalisasi PDAM Surya Sembada yang telah dimulai sejak tahun 2000 dan dampak yang dirasakan. Ia mengatakan PDAM Surya Sembada saat ini telah menerapkan pemanfaatan sejumlah teknologi digital antara lain manajement aset digital, pelaporan operasional Instalasi Pengelolaan Air Minum (IPAM) dan Rumah Pompa Distribusi (RPD) berbasis digital, serta pelaporan tekanan air berbasis digital. 

"Dalam menunjang digitalisasi, PDAM Surya Sembada telah membangun Data Center sebagai pusat penyimpanan data digital serta Service and Operation Command Centre (SOCC) sebagai pusat monitoring dan kontrol kegiatan operasional dan layanan. Melalui pemanfaatan teknologi digital ini, PDAM Surya Sembada dapat meningkatkan Availability dan Reliability IPAM dan RPD lebih dari 99 persen, Specific Energy Consumption (SEC) dibawah 0,3 kWh/m3, dan tingkat kehilangan air 27 persen dengan 24 persen pelanggan bertekanan minimal 0,7 bar," ucap dia.

PDAM Surya Sembada memiliki target jangka panjang untuk mencapai tingkat kehilangan air 20 persen dengan 100 persen pelanggan bertekanan minimal 0,7 bar dan mengurangi biaya listrik sebesar 30 persen. Kami berharap mendapat dukungan dari banyak pihak untuk merealisasikannya, salah satunya dari Schneider Electric.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement