Kamis 26 Aug 2021 05:30 WIB

Palestina Desak Uni Eropa Cegah Kejahatan Israel

Israel telah merampas tanah dan menghancurkan rumah Palestina di Yerusalem

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Teguh Firmansyah
 Pasukan Israel berpatroli di jalan-jalan dan mencari rumah-rumah selama operasi militer menyusul serangan pelemparan batu terhadap seorang pengemudi Israel di dekat pemukiman Israel Allon Moreh, di desa Salem, Tepi Barat, dekat Nablus, Senin, 23 Agustus 2021.
Foto: AP/Majdi Mohammed
Pasukan Israel berpatroli di jalan-jalan dan mencari rumah-rumah selama operasi militer menyusul serangan pelemparan batu terhadap seorang pengemudi Israel di dekat pemukiman Israel Allon Moreh, di desa Salem, Tepi Barat, dekat Nablus, Senin, 23 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Riyad Malki mendesak Uni Eropa mencegah Israel melakukan kejahatannya terhadap rakyat Palestina. Desakan ini dijelaskan selama pertemuan di Ramallah dengan Menlu Slovenia, Anze Logar.

Seperti dilansir dari Wafa News, Selasa (24/8), dua Menteri luar negeri tersebut dalam pertemuannya membahas cara-cara untuk meningkatkan kerja sama dan hubungan bilateral. Terlebih dalam bidang ekonomi dan perdagangan.

Baca Juga

Mengomentari situasi ekonomi yang mengerikan, Malki menegaskan bahwa pendudukan Israel adalah hambatan utama bagi perkembangan ekonomi Palestina. Apalagi Israel terus menguasai dan mengeksploitasi sumber daya alam Palestina.

Dia menambahkan bahwa mengakhiri pendudukan Israel dan memungkinkan rakyat Palestina memiliki akses ke sumber daya alam dan situs sejarah dan keagamaan merupakan syarat untuk mengeluarkan bantuan internasional. Semua itu untuk membangun ekonomi yang kuat yang dapat membawa kemakmuran bagi rakyat Palestina.

Menyinggung puncak kejahatan dan pelanggaran Israel, Malki mengatakan kejahatan dan pelanggaran Israel tersebut termasuk perampasan tanah dan penghancuran rumah hingga di Yerusalem dan Area C, yang mencakup 60 persen wilayah Tepi Barat. Sebagaimana ia merujuk pada risiko membangun pemukiman kolonial baru Givat Eviatar di atas Gunung Sabih di daerah Nablus, yang telah menjadi tempat protes setiap hari terhadap kolonialisme dan apartheid pemukim Israel selama beberapa dekade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement