Jumat 27 Aug 2021 20:17 WIB

Spanyol Angkut Seluruh Personilnya dari Afghanistan

Seluruh personel Spanyol di Afghanistan ditarik.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Spanyol Angkut Seluruh Personilnya dari Afghanistan. Foto:  Pengungsi Afghanistan tiba di bandara nasional di Tirana, Albania, 27 Agustus 2021. Albania akan menampung 4.000 warga Afghanistan yang telah meninggalkan negara mereka menyusul pengambilalihan Taliban.
Foto: EPA-EFE/MaltonDibra
Spanyol Angkut Seluruh Personilnya dari Afghanistan. Foto: Pengungsi Afghanistan tiba di bandara nasional di Tirana, Albania, 27 Agustus 2021. Albania akan menampung 4.000 warga Afghanistan yang telah meninggalkan negara mereka menyusul pengambilalihan Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID,MADRID—Spanyol telah menyelesaikan evakuasi personelnya dari Afghanistan. Dua pesawat militer yang membawa 81 orang Spanyol dari Kabul tiba di Dubai pada Jumat (27/8) pagi, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan. Personil terakhir diperkirakan akan mendarat di pangkalan udara militer Torrejon dekat Madrid pada Jumat malam, kata pemerintah.

Pesawat-pesawat itu juga membawa empat tentara Portugis dan 83 warga Afghanistan yang pernah bekerja dengan negara-negara NATO. "Dua penerbangan ini mengakhiri evakuasi personel Spanyol dan sekutu Afghanistan serta keluarga mereka," bunyi pernyataan itu yang dikutip di Arab News, Jumat (27/8).

Baca Juga

Selama misi penyelamatannya, Spanyol mengevakuasi 1.898 warga Afghanistan yang telah bekerja dengan negara-negara barat Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Uni Eropa.

Sementara itu, sebanyak 378 warga Afghanistan tiba di Bandara Internasional Incheon pada Kamis (26/8) sebagai bagian dari misi evakuasi, bernama “Operasi Keajaiban.” Korea Selatan menyambut baik program evakuasi warga Afganistan ke negara mereka, dan menyebutnya sebagai orang-orang dengan manfaat khusus bukan pengungsi.

Ratusan warga Afganistan itu diantaranya berprofesi sebagai profesional medis Afghanistan, pelatih kejuruan, pakar IT dan penerjemah yang mendukung diplomat Korea Selatan, rumah sakit dan pusat pelatihan kerja yang dijalankan oleh Badan Kerjasama Internasional Korea sebelum Taliban mengambil alih negara itu awal bulan ini. 

Pemerintah Korea sedang berusaha untuk mengubah undang-undang imigrasi untuk memberikan izin tinggal jangka panjang kepada warga Afghanistan sebagai orang asing yang memberikan layanan khusus ke Korea Selatan. Awalnya, mereka akan diberikan visa jangka pendek, yang akan ditingkatkan kemudian, memungkinkan mereka untuk mencari pekerjaan.

“Sekarang saatnya bagi kita untuk membalas budi,” kata Menteri Kehakiman Park Beom-kye kepada wartawan di bandara Incheon, merujuk pada fakta banyak warga Korea menerima bantuan internasional setelah melarikan diri selama Perang Korea 1950-1953 silam.

“Terlepas dari kenyataan bahwa kami secara fisik terpisah di negara yang jauh, mereka praktis adalah tetangga kami,” kata menteri. “Bagaimana mungkin kita bisa menutup mata terhadap mereka ketika nyawa mereka terancam hanya karena mereka bekerja dengan kita?” sambungnya yang dikutip di Arab News, Jumat (27/8).

Choi Young-sam, juru bicara Kementerian Luar Negeri, mengatakan bahwa Korea Selatan memenuhi kewajiban moralnya sebagai negara yang bertanggung jawab yang tidak melupakan teman-temannya dan berpaling dari kesulitan tetangganya. “Ini adalah contoh pertama dalam sejarah diplomasi Korea di mana kami telah mengevakuasi warga asing dengan menginvestasikan tenaga dan aset kami atas dasar kemanusiaan,” kata Choi.

Penerbangan lain akan membawa 13 orang Afganistan lainnya yang pada hari Kamis tidak bisa naik pesawat militer yang mengangkut kelompok itu ke Korea dari Islamabad, Pakistan, setelah evakuasi mereka dari Kabul. Sambutan hangat Korea Selatan untuk orang-orang Afghanistan ini datang meskipun negara Asia Timur pada umumnya tidak terbuka untuk menerima pengungsi. 

Pada tahun 2020, hanya 69 dari 6.684 pencari suaka yang diberikan status pengungsi di Korea Selatan, menurut data Kementerian Kehakiman. Pakar keamanan percaya penerimaan Seoul terhadap pengungsi Afghanistan akan dimaksudkan secara politis untuk menunjukkan bahwa Korea Selatan sejalan dengan AS, sekutu setianya yang mendukungnya selama Perang Korea.

Setelah AS memulai perang melawan teror di tanah Afghanistan pada tahun 2001, Korea Selatan melakukan berbagai operasi militer dan bantuan, termasuk kegiatan Tim Rekonstruksi Provinsi dari tahun 2010 hingga 2014, menawarkan layanan medis, bantuan untuk pengembangan pertanian, dan pelatihan kejuruan dan kepolisian.

“Keberhasilan Operasi Keajaiban dimungkinkan berkat kerja sama penuh dari sekutu AS kami,” kata Kementerian Pertahanan Korea dalam sebuah pernyataan. 

“Kami akan melanjutkan kerja sama untuk pemukiman kembali warga Afghanistan yang stabil di negara itu, menyediakan sumber daya logistik atau dukungan medis kami jika perlu.”

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement