Senin 13 Sep 2021 09:32 WIB

Yoga Berdampak Positif untuk Perempuan Menopause

Yoga dapat memperlancar peredaran darah dan menjaga keseimbangan hormon.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Yoga
Foto: Istimewa
Yoga

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen Fakultas Kesehatan (Files), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Henny Dwi Susanti, melakukan penelitian tentang dampak kesehatan olah raga yoga. Hasilnya, olah raga tersebut ternyata dapat memberikan efek positif pada gejala menopause wanita.

Berkat penelitian tersebut, Henny berhasil meraih gelar doktor di Taipei Medical University, Taiwan. Menariknya, ia juga menjadi wakil para wisudawan untuk menyampaikan pidato saat prosesi wisuda bulan lalu.

Baca Juga

Disertasi dengan judul “Mediating Effects of Psychological Symptoms and Effects of Yoga on Menopausal Symptoms and Sleep Quality Across Menopause Status in Indonesian Women” ini membahas bagaimana pengaruh yoga pada gejala menopause. Lebih dari itu juga efeknya bagi kualitas tidur pada status menopause wanita Indonesia.

Henny menjelaskan, olah raga yoga dapat memperlancar peredaran darah dan menjaga keseimbangan hormon. Dengan demikian, dapat meredakan stres dan juga meningkatkan kualitas tidur. "Utamanya bagi wanita yang berada di masa menopause," ucap Henny.

Menurut Henny, yoga menjadi olah raga yang banyak direkomendasikan di masa pandemi Covid-19. Khususnya dalam usaha menyehatkan dan menjaga tubuh. Lebih lanjut, ia juga menyebut, gejala menopause dapat menurunan kondisi badan. Tidak hanya dari aspek jasmani saja tapi juga rohani. Oleh karena itu, yoga bisa menjadi salah satu solusi dalam mengurangi gejala menopause yang biasa dirasakan wanita di usia senja.

 

Dosen kelahiran Pasuruan ini juga sempat bercerita bagaimana kiprahnya dalam melanjutkan studi doktoral. Berawal dari tuntutan kampus, membuatnya mencari cara agar bisa terus menimba ilmu. Akhirnya ia pun diterima di Taipei Medical University, Taiwan dengan beasiswa selama empat tahun.

Ia juga sempat mengalami culture shock saat awal-awal datang di Taiwan. Ia merasa kultur budaya Indonesia dan Taiwan sangat berbeda, terutama dalam hal makanan. Meski begitu, hal tersebut tidak membuatnya ragu untuk melanjutkan studinya di sana.

Pengalaman bekerja sama dengan orang asing saat di UMM membantunya beradaptasi. "Pun dengan program pengabdian dan penelitian yang membantunya dalam pembelajaran di universitas," jelasnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.

Terakhir, dosen Prodi Ilmu Keperawatan ini berharap dapat membagikan ilmu yang ia dapat selama di Taiwan. Ia juga ingin agar nantinya bisa mendapat kesempatan untuk memberikan praktik yoga secara daring pada masa pandemi ini. Dengan demikian, bisa turut membantu meringankan gejala yang biasa ibu-ibu menopause alami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement