Kamis 16 Sep 2021 22:23 WIB

Indonesia Ingin Diskusi Kerja Sama dengan Afghanistan

Belum diketahui apa prioritas dari pemerintahan baru Afghanistan.

Red: Nur Aini
Indonesia ingin melanjutkan diskusi dengan Afghanistan terkait kerja sama ekonomi antara kedua negara yang sempat terhenti setelah Taliban mengambil alih Kabul.
Indonesia ingin melanjutkan diskusi dengan Afghanistan terkait kerja sama ekonomi antara kedua negara yang sempat terhenti setelah Taliban mengambil alih Kabul.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia ingin melanjutkan diskusi dengan Afghanistan terkait kerja sama ekonomi antara kedua negara yang sempat terhenti setelah Taliban mengambil alih Kabul.

Kendati demikian, Negosiator Perdagangan Ahli Muda Sub-koordinator Asia Selatan dan Tengah Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Wisnu Widiyantoro mengungkapkan tantangannya adalah belum diketahui apa prioritas dari pemerintahan baru Afghanistan.

Baca Juga

“Pemerintahan sebelumnya menunjukkan minat untuk memperdalam hubungan perdagangan dengan kami, jadi kami juga ingin tahu untuk pertama kalinya, apakah pemerintah Afghanistan saat ini menunjukkan minat yang sama,” ungkap Wisnu dalam diskusi daring, Kamis (16/9).

Meski Indonesia dan Afghanistan memiliki sejarah panjang, tetapi kedua negara belum memiliki kesepakatan apapun dalam forum bilateral di bidang ekonomi dan perdagangan hingga saat ini. Namun, menurut Wisnu, duta besar Afghanistan sempat bertemu dengan Kementerian Perdagangan RI pada 2020, sekaligus menyampaikan keinginannya memiliki hubungan ekonomi serta perdagangan yang lebih kuat.

Pihak Afghanistan ingin memiliki perjanjian Preferential Trade Agreement (PTA), sementara Indonesia mengusulkan kesepakatan kerja sama imbal dagang (counter trade). Wisnu menuturkan belum ada negosiasi antara RI dan Afghanistan menyoal kerja sama itu, tetapi prosesnya terhenti setelah Taliban mengambil alih negara tersebut pada pertengahan Agustus.

Setelah itu, Wisnu mengungkapkan pihaknya belum berkomunikasi dengan perwakilan Afghanistan di Indonesia maupun dengan pemerintahan baru. Wisnu mengakui pihaknya kebingungan untuk menjalin kontak karena tidak ada kementerian perdagangan dalam pemerintahan sementara Taliban.

Adapun Taliban telah menunjuk kepala pemerintahan sementara, dua orang wakilnya, menteri dalam negeri, menteri luar negeri, menteri pertahanan, serta menteri kebudayaan dan komunikasi.

“Kami akan mencoba berkomunikasi secara resmi dengan kedutaan kami di Islamabad dan mencoba berkomunikasi dengan administrasi terkait di Afghanistan,” ungkap Wisnu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement