Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Hingga Tahun 2021 Belum Ada Satupun Perusahaan Aceh yang Go Public

Bisnis | Saturday, 18 Sep 2021, 17:55 WIB
Penulis dan awak media

Pemerintah Aceh getol melakukan promosi hingga ke mancanegara negara untuk menjaring investor untuk menanamkan modalnya di Bumi Serambi Mekah.

Namun satu hal yang dilupakan oleh Gubernur Nova Iriansyah dan jajarannya yaitu menciptakan perusahaan-perusahaan daerah yang berkelas agar menjadi lokomotif aliran investasi dari jalur pasar modal.

Fenomena ini menarik untuk dikaji, karena itu bersama jurnalis muda berbakat, Komar dan saya, serta sang editor senior Azhari Bahlul dari media online bKBA.one menurunkan kabar berikut untuk Anda.

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sebanyak 750 perusahaan yang melantai di bursa, 38 perusahaan yang Indonesia Public Offering (IPO) sepanjang tahun 2021. Sementara, 26 perusahaan masuk dalam daftar atau pipeline pencatatan saham BEI.

Dari perusahaan yang sudah melantai hingga yang sedang dalam pipeline pencatatan saham BEI di pipeline 2021. Tidak terdapat satupun perusahaan dari Aceh yang IPO di bursa.

"Belum ada perusahaan di Aceh yang IPO di bursa. Kita terus mendorong supaya ada perusahaan di Aceh yang IPO. Itu menjadi harapan kita bersama untuk kemajuan ekonomi di Aceh," kata Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Aceh, Thasrif Murhadi, Jumat, (17/09/2021).

Kepala Perwakilan BEI Aceh, Thasrif Murhadi

Menurutnya, ini menjadi pekerjaan rumah untuk BEI Perwakilan Aceh, karena belum ada perusahaan di Aceh yang IPO. Namun, Thasrif jika sudah ada satu perusahaan di Aceh yang IPO, perusahaan yang lain bakal mengikuti.

"Syarat untuk IPO juga tidak ribet, tidak perlu ada aset besar baru bisa IPO. Sekarang UMKM juga bisa IPO dengan catatan punya badan hukum," ungkap Thasrif.

Thasrif menyebutkan ini sudah waktunya Pemerintah Provinsi Aceh untuk mendorong Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk IPO. Seperti halnya beberapa BUMD di luar Aceh yang sudah melantai di bursa.

"Misalnya, Bank Aceh, beberapa pemprov di luar sudah mendorong bumd-nya supaya bisa IPO, karena akan mendorong investasi yang masuk ke daerah. Investasi yang masuk membuat ekonomi daerah tersebut bisa lebih baik," ungkap Thasrif.

Namun, kata Thasrif, ada yang menarik di Aceh, kebanyakan pengusaha di Aceh masih ragu untuk IPO karena takut perusahaan miliknya diambil orang. Padahal kinerja IPO bukan begitu.

"Itu yang menjadi effort kami untuk bisa memberi awareness. Produk Domestik Bruto (PDB) Aceh kecil sekali dibanding nasional atau dengan daerah yang lain, kita disini ketinggalan terus karena investasi yang masuk kecil," sebut Thasrif.

Sementara itu, lanjutnya, BEI saat ini sedang menggalakkan Securities Crowdfunding (SCF) agar kedepan kontraktor-kontraktor yang dapat dana projek dari Pemprov, Pemda, juga bisa mengakses pendanaan melalui SCF, adapun jaminannya berupa kontrak kerja.

Thasrif menjelaskan BEI Perwakilan Aceh dalam kapasitasnya telah melakukan kerjasama dengan komunitas-komunitas pengusaha di Aceh. Seperti melakukan sosialisasi go public yang rutin dilaksanakan setiap tahun sekali. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image