Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nita Susanti

Fenomena Childfree dalam Perspektif Islam

Agama | Sunday, 19 Sep 2021, 13:20 WIB

Oleh,

Nita Susanti, S.Hum (Ibu Rumah Tangga)

Menjadi seorang Ibu memang melelahkan. Setiap fase kehidupan yang dilalui oleh sang buah hati, memiliki tantangan tersendiri. Mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik adalah hal yang membutuhkan kesabaran dalam menjalaninya. Tak jarang ibu mengeluh, merasa ruang geraknya terbatas karena sang buah hati masih sangat tergantung kepadanya. Kondisi ini menjadi salah satu alasan seseorang memilih untuk tidak memiliki anak (childfree).

Seorang psikoterapis bernama Zoe Krupka mendefinisikan childfree sebagai seorang perempuan yang membuat keputusan secara sadar, bahwa dia tidak ingin memiliki anak sendiri. Dalam podcast ABC Ladies, We Need To Talk, seorang psikoterapis bernama Zoe Krupka mengatakan bahwa keputusan perempuan untuk childfree tidak didasarkan pada hal-hal yang berada di luar kendalinya (Tribunnews.com, 19/8). Fenomena childfree ini mulai ramai diperbincangkan setelah munculnya pernyataan beberapa public figure yang mengaku memilih jalan ini. Tak sedikit pula Muslimah yang memilih jalan ini. Padahal jelas, bahwa awal kemunculan istilah ini pun berasal dari luar Islam. Sebuah ide yang menjadikan manfaat sebagai tolak ukur kebahagiaannya. Konsep yang memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat.

Kelelahan dalam mengasuh anak memang tak bisa dipungkiri. Namun, bagi seorang ibu, anak bukanlah beban melainkan amanah dari sang Pencipta. Bukan berarti ibu yang terbatas ruang geraknya karena harus mengurusi anaknya tidak bahagia. Karena bagi seorang Muslim, standar kebahagiaannya adalah ridha Allah SWT. Setiap lelahnya insya Allah menjadi pahala bagi seorang Ibu ketika ia senantiasa menyertakan kesadaran hubungannya dengan Allah saat menjalankan perannya tersebut. Mengasuh anak sesungguhnya mendewasakan kita. Menyadari bahwa setiap peran yang dijalankan membutuhkan ilmu, termasuk menjadi orang tua.

Dalam Islam, melestarikan keturunan merupakan salah satu potensi yang Allah berikan kepada manusia. Jika dilihat dari sudut pandang ini, maka childfree jelas bertentangan dengan fitrah manusia. Segala sesuatu yang bertentangan dengan fitrah, maka tentu akan menimbulkan masalah. Adapun beberapa keutamaan bagi seseorang dalam mengasuh anak, di antaranya, (1) mempunyai anak adalah fitrah manusia dan kebahagiaan orang tua adalah memiliki anak; (2) memiliki anak dan mendidik dengan baik termasuk sunnah; (3) banyak dalil perintah agar kita memiliki dan memperbanyak keturunan; (4) anak mendatangkan rizki dengan izin Allah Ta’ala; (5) anak-anak adalah harapan kita ketika sudah tua; dan (6) anak-anak adalah amal jariyah paling berharga yang akan mendoakan kita ketika kita sudah meninggal kelak.

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (QS. Al-Kahfi [18]: 46).

Begitu banyak keutamaan yang bisa diraih saat kita mengasuh anak. Sungguh disayangkan jika semua keutamaan itu tidak dapat kita raih padahal kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk menjalankan peran ini. Begitu banyak saudara kita yang sangat menginginkan hadirnya sang buah hati dalam kehidupannya namun belum bisa karena keadaan. Mengasuh anak memang tidaklah mudah, namun akal yang Allah berikan kepada kita sebagai manusia sangat memungkinkan kita untuk terus belajar melayakkan diri menjadi orang tua yang baik. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kesabaran dalam mengasuh buah hati kita. Aamiin. Wallahu ‘alam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image