Kamis 23 Sep 2021 17:24 WIB

Terlantar Sejak 2019, 25 Jenazah Dikremasi RSUP di Bali

Biaya yang dikeluarkan untuk pemulasaraan jenazah ini sekitar Rp 2,6 miliar.

Red: Friska Yolandha
Ilustrasi pemulasaran jenazah. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Provinsi Bali, melakukan kremasi terhadap 25 jenazah terlantar.
Foto: ANTARA/Novrian Arbi
Ilustrasi pemulasaran jenazah. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Provinsi Bali, melakukan kremasi terhadap 25 jenazah terlantar.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Provinsi Bali, melakukan kremasi terhadap 25 jenazah terlantar. Jenazah-jenazah ini tidak diketahui identitasnya dan tersimpan sejak tahun 2019.

"Jadi kremasi hari ini adalah sebanyak 25 jenazah. Dan jenazah terlama yang tersimpan di forensik itu dari tahun 2019," kata Direktur POU RSUP Sanglah Denpasar Ni Luh Dharma Kerti Natih dalam keterangan persnya di Denpasar, Bali, Kamis (23/9).

Ia mengatakan bahwa pelaksanaan kremasi ini adalah kegiatan tahunan yang rutin dilakukan setiap tahun terhadap jenazah-jenazah yang ada di forensik yang terlantar yang tidak diketahui identitasnya dan tidak ada keluarga mengambil jenazahnya. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan pemulasaraan jenazah ini sekitar Rp 2,6 miliar. Jumlah pembiayaan ini terbilang tinggi jika dibandingkan dengan proses kremasi di waktu sebelumnya.

"Jadi karena memang dari tahun 2019 tentu biaya untuk pemulasaraan jenazah bahkan dari pasien itu dirawat di Rumah Sakit Sanglah itu sampai sekarang sekitar 2,6 miliar. Cukup banyak juga kalau dihitung dari sisi biaya perawatan dan pemulasaraan jenazah sampai saat ini," katanya.

Selama ini, belum ada upaya-upaya yang dilakukan untuk menghubungi komunitas-komunitas atau pihak-pihak di masyarakat yang bisa membantu proses kremasi atau penanganan jenazah-jenazah ini. Namun, belakangan ini semakin banyak dari komunitas sendiri yang memberikan kontribusi ke dalam prosesi ini terutama jenazah-jenazah yang sudah terindentifikasi. 

Misalnya jenazah beragama Islam, maka dari MUI mengambil inisiatif untuk melakukan prosesi pemakaman secara Islam. "Karena ini sebenarnya tidak ada support dana dari manapun dan ini adalah hasil kinerja dari rumah sakit Sanglah tentunya, ini bisa menjadi CSR bagi rumah sakit Sanglah setiap tahunnya. Direktur utama RSUP Sanglah harus membuat surat keputusan pembebasan dari jenazah-jenazah terlantar ini," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya mengapresiasi bantuan dari dinas sosial, Kepolisian dan juga tim RSUP Sanglah sehingga pelaksanaan kremasi ini dapat berjalan dengan baik. "Ke depan nanti mudah-mudahan lebih banyak lagi komunitas-komunitas yang bisa membantu kami dalam menangani jenazah-jenazah terlantar ini sehingga mereka bisa terindentifikasi sesuai dengan agamanya bisa dilakukan prosesi atau penghormatan terakhir sesuai agama yang mereka akui," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement