Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Rukhan Asrori, S.S.

Andai Pandemi Pergi, Berbenah Wujudkan Iklim Semangat Literasi

Lomba | Friday, 24 Sep 2021, 09:04 WIB
Siswa SMP IT Darul Fikri "Muhammad Nafis Ghifari" tengah berjuang menulis cerpen sebagai karya di masa pandemi covid-19.

Pada masa sekarang, iklim semangat belajar siswa tengah menurun. Hal ini disebabkan adanya serangan virus covid-19 selama dua tahun ini melanda negeri ini. Di masa pandemi, andai semua ini berakhir, maka tidak ada kata gagal semangat mewujudkan iklim literasi pada siswa saat ini. Alhamdulillah, meskipun terdengar kabar bahwa pandemi covid-19 sudah mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini masih menjadi sosok yang mengkhawatirkan bagi kelangsungan belajar siswa yang tak seperti dahulu kala. Bulan Maret 2020 menjadi awal melandanya virus ini ke Indonesia Tercinta. Tentunya semangat siswa kembali ke sekolah pun sempat jalan di tempat, wajah siswa hanya bertemu secara virtual, bahkan tidak dapat menyentuh emosional siswa seperti saat di kelas. Saya adalah seorang guru dari sekian ribu guru yang tengah berjuang mengembalikan semangat belajar siswa walaupun belum sepenuhnya kembali ke sekolah.

Tahun 2021 ini menjadi awal momentum bagi seluruh guru, terutama saya dalam memegang Amanah sebagai seorang pendidik di lingkungan sekolah menengah pertama (SMP) yakni SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo. Saat ini, saya mengajar di sebuah sekolah yang berbasis pesantren dengan budaya yang sangat kental dengan ketaatan seorang siswa kepada para gurunya. Hal ini menjadi kian memantapkan diri untuk berperan aktif dalam mewujudkan sesuatu yang sudah pernah ada tetapi memerlukan penguatan lebih dalam mendorong semangat siswa di sekolah pesantren ini. Sekali lagi “Andai Pandemi Pergi”, saya tidak mengenal apapun yang dapat menghambat jalannya misi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat.

Sebagai seorang guru yang pernah menjelajahkan kaki di negeri seberang, mengajar anak-anak BMI (Buruh Migran Indonesia) di perbatasan Malaysia – Indonesia, saya berkeinginan kuat melanjutkan misi mencerdaskan bangsa yang saat ini berada di sekolah berbasis pesantren. “Andai Pandemi Pergi”, saya telah mencanangkan program literasi bagi siswa di sekolah pesantren dengan membangkitkan rasa suka terhadap menulis. Menulis adalah sebuat maha kata yang pernah disampaikan oleh salah seorang sastrawan besar, Pramoedya Ananta Toer. Beliau berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”. Hal ini yang terus mendorong saya sebagai pendidik untuk terus meluncurkan gerakan menulis pada siswa. Saat ini, saya masih berusaha mendorong siswa dalam menulis sebuah karya yang akan dibukukan. Pasukan sebanyak 85 siswa (40 santri putra dan 45 santri putri) telah siap menjadi uswatun bagi para siswa lainnya. “Andai Pandemi Pergi”, sebuah rencana master piece akan mengajak seluruh siswa bergerak mewujudkan dan menumbuhkan minat menulis dan berkarya. Tetapi ini belum bisa mewujudukan 497 siswa di sekolah pesantren ini dan tentunya hal ini tidak akan mudah dilakukan, dan memerlukan waktu yang cukup panjang. Kiat dan tekad yang dimiliki oleh sebagian siswa di SMP Darul Fikri ini adalah diawali denga nada satu siswa yang begitu gigih dalam menulis. Dia ingin namanya tertulis dalam sebuah buku cetak nantinya. Dia yang bernama Muhammad Nafis Ghifari, seorang siswa kelas 8 SMP yang kini menjadi salah satu peserta gerakan menulis. Hadirnya seorang nafis ini menjadi magnet bagi sebagian siswa di sekolah saya saat ini. “Andai Pandemi Pergi”, saya bangga terselip pada diri saya bahwa dialah yang menjadi siswa dengan capaian nilai tertinggi di mata pelajaran saya, yakni Bahasa Inggris.

Nafis seakan tak gentar menghadapi pandemi covid-19 ini, dia seolah melupakan bahwa pandemi ini belum berakhir dan hanya mengalami penurunan grafik dalam perkembangannya. “Andai Pandemi Pergi”, kelak seorang Nafis akan menjadi salah satu siswa penggerak dalam menulis helai karya demi karya yang tersurat dalam sebuah buku nantinya. Kesantunan sikap yang terpatri dalam dirinya, kini menjadikan seseorang yang cukup disegani oleh sebagian teman-temannya di sekolah pesantren ini. Hari ini, saya melihatnya dengan mata telanjang bagaimana seorang Nafis bisa melakukan sebuah penulisan karya di tengah masa pandemi yang tak kunjung hilang. Cerpen adalah kategori karya yang digerakkan oleh para guru, dan saya adalah satu penggiatnya. Sehingga meletakkan figur siswa ini akan menjadi daya tarik tersendiri untuk mengajak para siswa lain untuk bergerak mewujudkan iklim semangat literasi lebih kompleks lagi.

“Andai Pandemi Pergi”, sekali lagi kata ini telah menjadi tantangan bagi saya, bahwa sejatinya menulis itu adalah salah satu jejak literasi yang akan selalu dikenang oleh banyak pembaca pada umumnya di masyarakat. “Saya ingin membuat karya buku, Ustadz”, itulah dengungan jelas tersurat kata melalui mata dan pendengaranku di saat melakukan bimbingan menulis. Hal ini akan menjadi tongkat estafet dalam menulis berkelanjutan dan berpengaruh kepada para siswa lainnya, semoga Allah SWT memberikan solusi terbaik bagi negeri ini, khususnya pada generasi emas bangsa yakni para siswa. “Andai Pandemi Pergi”, semoga ini yang akan menjadi tantangan global terakhir bagi kami sebagai guru agar bisa mewujudkan seluruh aspek siswa dan mengajak seluruh siswa berkarya terus menerus melalui tulisan-tulisan bernyawa oleh para mutiara bangsa ini.

“Andai Pandemi Pergi”, semoga engkau berakhir total bagi kami dan siswa kami. Agar seluruh mimpi kami terwujud secara menyeluruh betapa hebatnya potensi yang tersimpan pada setiap diri siswa kami di sekolah pesantren ini yakni SMP Islam Terpadu Darul Fikri Sidoarjo bisa menjadi Sekolah Literasi Nasional yang Mendunia nantinya. Semoga, Aamiin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image