Sabtu 25 Sep 2021 17:55 WIB

Kisah Para Entrepreneur Bertahan di Masa Pandemi

Kuncinya antara lain sinergi, kolaborasi dan digitalisasi.

Red: Irwan Kelana
Agrianita's Craft  & Food Festival (ACFF) 2021dimeriahkan dengan talkshow bertajuk Menjawab Tantangan untuk Bertahan dan Berkembang, Sabtu (25/9).
Foto: Dok IPB University
Agrianita's Craft & Food Festival (ACFF) 2021dimeriahkan dengan talkshow bertajuk Menjawab Tantangan untuk Bertahan dan Berkembang, Sabtu (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Agrianita IPB University dan Alumni IPB University Angkatan 32 berkolaborasi menggelar talkshow bertajuk "Menjawab Tantangan untuk Bertahan dan Berkembang" sebagai bagian dari Agrianita’s Craft & Food Festival (ACFF) 2021. Talkshow yang dipandu oleh Shahnaz Haque, Sabtu (25/9)  tersebut mengundang tiga narasumber yakni Arto Biantoro yang merupakan aktivis brand, Frida Nursanti yang merupakan owner dari Frida Aulia, dan owner Rumah Que Que,  Chairu Fariandini.

Pada situasi pandemi seperti saat ini usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu tumpuan bagi kebangkitan ekonomi Indonesia. Frida Nursanti dan Chairu Fariandini merupakan contoh pelaku UMKM yang tidak hanya berhasil bertahan di masa pandemi namun juga berhasil mengembangkan usahanya.

Frida Nursanti dan Chairu Fariandini keduanya mengaku bahwa di awal pandemi usaha yang dijalankan mengalami kemerosotan cukup signifikan. Meski begitu,  Frida bersyukur karena pelaku UMKM mendapat banyak dukungan dari berbagai stakeholder baik pemerintahan maupun swasta.

“Kami melakukan sinergi dan kolaborasi, sehingga tahun ini kita berhasil mengembalikan lima outlet kami yang di awal pandemi terpaksa ditutup,” kenang Frida dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Diakuinya, proses mengembalikan kondisi usaha agar kembali seperti sedia kala membutuhkan usaha yang besar.

Sementara Fariandini menyebutkan bahwa di era saat ini, digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan.  Oleh karena itu dibutuhkan kemauan yang besar untuk terus beradaptasi dan belajar. Di masa pandemi, pesanan yang awalnya banyak dilakukan secara langsung atau offline saat ini bermigrasi kepada platform-platform online.

Ia mengemukakan, bagi pelaku UMKM muda yang memang sudah akrab dengan perangkat digital tentu bukan hal yang sulit. Akan tetapi pelaku UMKM yang ada di Indonesia berasal dari berbagai macam latar belakang pendidikan, sehingga proses digitalisasi mungkin akan mengalami kendala. 

“Saat ini sudah banyak sekali wadah bagi pelaku UMKM untuk menggali ilmu. Pelatihan-pelatihan untuk UMKM ada banyak sekali, tinggal kita yang harus aktif ikut pelatihan dan bergabung ke dalam komunitas-komunitas UMKM,” ujar Fariandini.

Di   samping harus menjadi kreatif, proaktif, dan memiliki kemauan untuk terus belajar, menurutnya membangun mindset yang benar dalam menjalankan UMKM juga penting untuk dilakukan.

Arto Biantoro menyebutkan bahwa kewirausahaan dapat memberikan solusi masa depan jika mindset yang dibangun adalah conscious capitalism atau kapitalisme gotong-royong.

Mindset kapitalisme gotong-royong artinya motivasi dalam mengembangkan usaha bukan hanya sekedar untuk memperkaya diri sendiri. Namun agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan, mengentaskan kemiskinan di lingkungan sekitar, bahkan membangun ekonomi daerah.

“Contoh nyata penerapan kapitalisme gotong-royong adalah apabila supplier tidak mampu memenuhi tuntutan kita, langkah yang diambil bukan langsung memutus lalu mencari supplier lain. Tetapi mencoba ikut membantu menyelesaikan permasalahan yang dimiliki supplier, " urainya.

Dikatakannya, berdasarkan hasil penelitian pelaku usaha yang menerapkan prinsip ini memiliki keuntungan yang berlipat-lipat karena memiliki supplier yang loyal.

Arto Biantoro juga menjelaskan cara membangun brand agar memiliki konsumen yang loyal. Ia memaparkan langkahnya menjadi KeRaP Cinta yang merupakan akronim dari Kenal, Rasa, Paham, dan Cinta. 

"Membuat iklan untuk produk hanya mampu memberikan kesan kenal kepada konsumen. Tetapi jika usaha dilakukan dengan melibatkan interaksi bersama konsumen sehingga tahu betul apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Dari situ akan terbangun keterikatan antara konsumen dengan brand sehingga konsumen menjadi lebih loyal kepada produk yang ditawarkan, " jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement