Rabu 29 Sep 2021 12:24 WIB

Pengamat: Jangan Politisasi Pemindahan Patung di Kostrad

Permintaan pemindahan patung dinilai wajar saja. 

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Indira Rezkisari
Tiga patung terdiri, Jenderal TNI AH Nasution, Mayjen Soeharto, dan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dihancurkan, dan kini tidak ada lagi di Museum Darma Bakti Kostrad, Jalan Medan Merdeka Timur, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
Foto: Dok Kostrad
Tiga patung terdiri, Jenderal TNI AH Nasution, Mayjen Soeharto, dan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dihancurkan, dan kini tidak ada lagi di Museum Darma Bakti Kostrad, Jalan Medan Merdeka Timur, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menyayangkan tudingan Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo soal penyusupan komunisme di tubuh TNI. Menurutnya, tudingan itu tak tepat dan terkesan mempolitisasi masalah.

Herry memandang pemindahan tiga patung di Museum Dharma Bhakti sebenarnya bisa ditanggapi biasa saja. Pasalnya, permintaan pemindahan berasal dari Pangkostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution yang menggagas dibuatnya patung itu.

Baca Juga

"Ini jelas bahwa pembongkaran patung sejarah G30S/PKI adalah permintaan langsung dari pembuatnya eks-Pangkostrad ke-34. Tentu seharusnya bukan menjadi persoalan," kata Herry dalam keterangannya kepada Republika, Rabu (29/9).

Herry menilai permintaan AY Nasution wajar saja karena sesuai ajaran Islam yaitu membuat patung serupa ciptaan Allah termasuk larangan. Menurutnya, alasan AY Nasution meminta kembali patung demi ketenangan pribadi mestinya dihormati.

"Sebenarnya permintaan Letjen (Purn) AY Nasution ini masuk akal didasari keyakinan agama yang dianutnya yang melarang soal patung. Saya pikir tidak ada yang keliru," ujar Herry.

Atas dasar itulah, Herry menyindir isu pembongkaran patung di Museum Kostrad yang malah dimanfaatkan oleh oknum demi kepentingannya. Ia mengamati memang ada segelintir oknum yang getol menarasikan kebangkitan komunisme. 

Baca juga : Pengamat Pertahanan: Mengapa Gatot Ragukan Penerusnya?

"Hal ini jangan sampai dipolitisasi oleh oknum yang selalu bernarasi soal kebangkitan komunisme karena akan menyebabkan kemunduran bangsa," ucap Herry.

Sebelumnya, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyampaikan kabar hilangnya diorama G30S PKI dan patung Pahlawan Revolusi di Markas Kostrad. Dari akun YouTube Hersubeno Point, Gatot menyebut, diorama G30S/PKI yang hilang tersebut adalah momen ketika Mayjen Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo untuk menumpas PKI.

Di diorama itu terlihat Mayjen Soeharto berdiri di hadapan Sarwo Edhie. Kemudian, di sebelahnya tampak Jenderal AH Nasution tengah duduk sambil memegang tongkat, dan mengangkat kakinya ke meja dengan diperban, usai ditembak personel Cakrabirawa.

"Mengapa saya sampaikan ini? Untuk mengingatkan bahwa indikasi seperti ini apabila dibiarkan maka peristiwa kelam tahun 65 bisa terjadi lagi. Betapa menyakitkan dan menyedihkan. Yang korban rakyat juga," ucap Gatot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement