Rabu 29 Sep 2021 14:05 WIB

AS: Perang Afghanistan Berakhir tak Sesuai Keinginan

Taliban menguasai Afghanistan setelah merebut Kabul pada 15 Agustus

Red: Nur Aini
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan perang Afghanistan dengan Taliban, yang dianggap masih terkait al-Qaeda, berakhir dengan hasil berbeda dari keinginan Washington.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan perang Afghanistan dengan Taliban, yang dianggap masih terkait al-Qaeda, berakhir dengan hasil berbeda dari keinginan Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan perang Afghanistan dengan Taliban, yang dianggap masih terkait al-Qaeda, berakhir dengan hasil berbeda dari keinginan Washington.

"Jelas. Perang di Afghanistan tidak berakhir seperti yang kami inginkan dengan berkuasanya Taliban di Kabul," kata Milley pada sidang Senat tentang penarikan Afghanistan, bersama dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Kepala CENTCOM Frank McKenzie.

Baca Juga

“Dan kita harus ingat bahwa Taliban merupakan dan tetap menjadi organisasi teroris, dan mereka masih belum memutuskan hubungan dengan al-Qaeda. Saya tidak memiliki khayalan dengan siapa kita berhadapan. Masih harus dilihat apakah Taliban dapat mengkonsolidasikan kekuasaan atau tidak. Atau apakah negara ini akan semakin hancur dalam Perang Saudara," kata jenderal tertinggi itu.

Dia mengatakan pembentukan kembali al-Qaeda atau Daesh/ISIS dengan tujuan menyerang AS adalah "kemungkinan yang sangat nyata."

"Tetapi kita harus terus melindungi Amerika Serikat dan rakyatnya dari serangan teroris yang datang dari Afghanistan," tambah dia.

Taliban menguasai Afghanistan setelah merebut Kabul pada 15 Agustus yang memaksa Presiden Ashraf Ghani dan pejabat tinggi lainnya meninggalkan negara itu. Milley juga mengakui bahwa AS salah berhitung terkait kejatuhan pemerintah dan militer Afghanistan secara cepat.

“Kami benar-benar tak menyangka militer dan pemerintah Afghanistan jatuh dalam 11 hari. Saya pikir ada banyak intelijen yang menunjukkan secara jelas indikasi setelah kami mundur, yang itu kemungkinan jatuhnya militer dan pemerintah.

"[Namun] sebagian besar dari penilaian intelijen itu menunjukkan bahwa kejatuhan itu akan terjadi pada akhir musim gugur, mungkin awal musim dingin, mungkin Kabul bertahan pada musim semi berikutnya, itu tergantung pada penilaian intelijen," tambah Milley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement