Kamis 07 Oct 2021 15:01 WIB

Kaya Potensi Pengembangan Wakaf Nasional

Wakaf dapat mengurangi expenditure, dari yang defisit bisa jadi surplus.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi Inovasi Wakaf. Pengembangan wakaf nasional dapat membawa banyak manfaat bagi masyarakat, termasuk mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap pinjaman dana asing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Inovasi Wakaf. Pengembangan wakaf nasional dapat membawa banyak manfaat bagi masyarakat, termasuk mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap pinjaman dana asing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan wakaf nasional dapat membawa banyak manfaat bagi masyarakat, termasuk mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap pinjaman dana asing. Pengamat Ekonomi Syariah yang juga Guru Besar Universitas Airlangga, Raditya Sukmana menyampaikan wakaf dapat digunakan untuk membantu pemerintah.

"Wakaf dapat mengurangi expenditure, dari yang awalnya keuangan negara defisit bisa jadi surplus," katanya dalam Webinar Wake Up Wakaf Dompet Dhuafa, Kamis (7/10).

Dana wakaf dapat digunakan untuk program-program kemaslahatan sehingga mengurangi beban pengeluaran pemerintah. Ia mencontohnya, saat masyarakat dermawan membangun banyak sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur sosial lainnya, maka expenditure negara akan berkurang.  

Saat dana wakaf digunakan secara optimal, maka Indonesia juga bisa menghindari riba dari pinjaman-pinjaman dana asing. Saat ini, kondisi keuangan negara sangat terbatas dengan pendapatan yang rendah sehingga pemerintah harus mencari dana-dana asing dari luar negeri, yang artinya mayoritas riba.

"Jika kita bisa pakai dana wakaf untuk bangun sekolah, rumah sakit, jalan tol, infrastruktur lainnya, maka kita tidak usah pinjam dari luar negeri, maka saat wakaf sangat berkembang kita bisa terhindar dari riba," katanya.

Ia mencontohkan, Zamzam Tower di Makkah, Arab Saudi juga merupakan wakaf produktif. Gedung megah di samping Kabah itu dibangun di atas tanah wakaf, sementara gedung di atasnya merupakan pusat bisnis yang menghasilkan pendapatan sangat signifikan.

Sejumlah negara bahkan sudah punya reksa dana berbasis wakaf. Indonesia juga punya wakaf saham, wakaf asuransi, dan cash waqf linked sukuk. Raditya mengatakan wakaf bisa sangat fleksibel dan melahirkan berbagai inovasi karena punya ruang lingkup yang luas.

Wakaf bisa digunakan untuk infrastruktur, kesehatan, ketahanan pangan, energi, pendidikan dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Ia mencontohkan wakaf di sektor ketahanan pangan.

Tanah wakaf bisa menjadi lahan pertanian yang digarap dengan bantuan pembiayaan dari wakaf uang. Tarif pembiayaan ini akan sangat murah dan bisa disesuaikan karena wakif tidak perlu keuntungannya. Pengembangan infrastrukturnya seperti membeli drone atau lainnya juga bisa berasal dari dana pengembangan.

"Keuntungannya nanti bisa diberikan pada masyarakat sekitar, petaninya, dan lain-lain," katanya.

Ia mencontohkan juga mekanisme wakaf untuk sektor kesehatan seperti di layanan VIP sebuah Rumah Sakit di Malang. Wakafnya bisa melahirkan bisnis lain yakni minimarket sehingga bisa menciptakan manfaat yang lebih besar lagi.

Raditya mengatakan setiap universitas juga sebaiknya punya lembaga nazir sendiri untuk mengelola potensi di universitas itu sendiri. Misal di Universitas Airlangga yang setiap tahun menggelar sekitar 52 konferensi internasional. Pengelolaan auditorium, hotel, dan segala terkait konferensi seharusnya bisa berbasis wakaf uang.

"Kalau kita punya hotel, auditorium sendiri itu akan generate income yang lebih besar, daripada kita sewa tempat lain, skema wakaf bisa lebih menguntungkan bagi kampus," katanya.

Di sektor energi terbarukan juga sangat potensial seperti yang terjadi di Muscat, Oman dengan masjid bertenaga suryanya. Proyek ini mengurangi konsumsi daya hingga 40 persen dan menghasilkan surplus daya sebesar dua persen. Ini juga melibatkan pengembang dari perusahaan kecil dan menengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement