Selasa 12 Oct 2021 11:40 WIB

Teks Mesopotamia Ungkap Gangguan Mental PTSD Paling Awal

Teks berasal dari tahun 1300 SM mengungkap gejala yang mirip PTSD.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti mempelajari teks-teks kuno dari wilayah Mesopotamia yang berasal dari tahun 1300 SM. Mereka menemukan deskripsi gejala yang terdengar sangat mirip dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Dengan demikian, ini mungkin penggambaran PTSD paling awal dalam sejarah. 

Temuan ini dilaporkan dalam jurnal Early Science and Medicine oleh Walid Khalid Abdul-Hamid dari Queen Mary University of London dan Jamie Hacker Hughes dari Veterans and Families Institute di Anglia Ruskin University. Para peneliti mengatakan tentara kerjaan Asyur yang berada di Mesopotamia mengalami gangguan mental pasca perang.

 

"Tentara Asyur mendengar dan melihat hantu berbicara kepada mereka. Yang akan menjadi hantu adalah orang yang mereka bunuh dalam pertempuran. Dan itulah pengalaman tentara modern yang telah terlibat dalam pertarungan jarak dekat," kata Abdul-Hamid dilansir dari zmescience pada Selasa (12/10).

 

Menurut para peneliti, tentara profesional yang direkrut oleh Dinasti Asyur di Mesopotamia (Irak saat ini), antara 1300 SM dan 609 SM pertama kali menjalani bootcamp selama setahun. Bootcamp ini juga melibatkan pekerjaan sipil seperti membangun jalan, jembatan, dan infrastruktur lainnya untuk kerajaan.

 

Para prajurit kemudian dikirim berperang selama satu tahun. Jika mereka berhasil kembali dengan utuh, mereka diizinkan untuk kembali ke keluarga mereka selama satu tahun sebelum mengulangi siklus itu lagi. 

 

Meskipun tubuh mereka mungkin telah kembali ke rumah dalam keadaan utuh, pikiran sebagian prajurit justru hancur. Ini seperti yang ditunjukkan oleh teks-teks kuno yang dianalisis oleh para peneliti.

 

PTSD baru-baru ini secara resmi dijelaskan oleh psikiater, setelah studi tentang veteran perang Vietnam. Sebelumnya, dokter hanya menganggap gejala PTSD pada tentara sebagai 'shock shell' atau 'kelelahan pertempuran'. 

 

"Prajurit kuno yang menghadapi risiko cedera dan kematian pasti takut dengan pedang, hujan batu atau ujung panah dan panah api. Risiko kematian dan menyaksikan kematian sesama tentara tampaknya telah menjadi sumber utama trauma psikologis," ujar Abdul-Hamid.

 

Selain itu, kemungkinan kematian akibat cedera pasti jauh lebih besar pada masa itu karena belum majunya ilmu kedokteran. Adapun saat ini cedera semacam itu dapat diobati dengan pembedahan.

 

"Semua faktor ini berkontribusi pada gangguan stres pasca-trauma (PTSD) atau gangguan kejiwaan lainnya yang dihasilkan dari pengalaman di medan perang kuno," ucap Abdul-Hamid.

 

Sampai sekarang, referensi tertua untuk gejala mirip PTSD berasal dari Yunani kuno. Dalam teks-teks oleh Herodotus menggambarkan PTSD akibat dari Pertempuran Marathon yang terkenal pada 490 SM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement