Sabtu 16 Oct 2021 10:54 WIB

Delapan Aspek Penting Bagi Pendidikan Vokasi

Ada delapan aspek penting pendidikan vokasi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Muhammad Hafil
Delapan Aspek Penting Bagi Pendidikan Vokasi. Foto:   Pengunjung mencoba mengendarai prototipe mobil listrik karya mahasiswa saat kegiatan Pameran Produk Kreatif dan Inovatif di Politeknik Negeri Bali, Badung, Bali, Jumat (27/8/2021). Pameran tersebut diselenggarakan untuk mendorong mahasiswa pendidikan vokasi agar dapat menciptakan produk-produk yang inovatif dan berbasis teknologi serta mengenalkan inovasi tersebut kepada dunia industri.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Delapan Aspek Penting Bagi Pendidikan Vokasi. Foto: Pengunjung mencoba mengendarai prototipe mobil listrik karya mahasiswa saat kegiatan Pameran Produk Kreatif dan Inovatif di Politeknik Negeri Bali, Badung, Bali, Jumat (27/8/2021). Pameran tersebut diselenggarakan untuk mendorong mahasiswa pendidikan vokasi agar dapat menciptakan produk-produk yang inovatif dan berbasis teknologi serta mengenalkan inovasi tersebut kepada dunia industri.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam mengimplementasikan link and match antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan industri diperlukan berbagai hal. Salah satunya berupa membangun rasa percaya dari industri kepada pendidikan vokasi melalui pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang ada.

“Usaha mengimplementasikan link and match antara pendidikan dengan industri harus dimulai dari membangun integritas, komitmen, kepercayaan, dan apa manfaat untuk industri," ujar Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, dalam siaran pers, Sabtu (16/10).

Baca Juga

Wikan mengatakan, setidaknya ada delapan aspek yang harus dunia pendidikan vokasi Indonesia hadapi terkait kepentingan link and match dengan industri. Aspek-aspek tersebut, yakni kurikulum, pembelajaran berbasis proyek, tenaga pengajar dari industri, magang, sertifikat kompetensi, pelatihan industri, riset terapan, serta komitmen penyerapan insan vokasi oleh industri.

"Kita sudah mendapatkan kepercayaan dari industri dan kepercayaan industri terhadap pendidikan tinggi vokasi terus meningkat. Pendidikan vokasi juga makin percaya diri mampu memberikan kontribusi signifikan bagi industri. Ini adalah keterlibatan dunia kerja di segala aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi,” kata Wikan.

Wikan mengatakan, pendidikan vokasi Indonesia akan menghadapi banyak tantangan di masa depan, terutama dalam kaitannya dengan industri. Karena itu, Wikan meyakini kerja sama internasional menjadi aspek yang penting bagi Indonesia dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut.

Saat ini, kata dia, institusi pendidikan tidak boleh hanya fokus pada kemampuan teknis atau hard skill. Institusi pendidikan vokasi juga harus memberikan perhatian pada soft skill dan karakter. Menurut Wikan, institusi pendidikan vokasi harus bisa menghasilkan insan vokasi yang memiliki karakter kuat, soft skill kuat, dan hard skill yang kuat

“Ini konsep yang harus kita tanamkan. Soft skill dan hard skill harus dimiliki insan vokasi secara seimbang. Kompetensi diciptakan oleh karakter, soft skill, dan hard skill,” ujar Wikan.

Selain itu, mengirim peserta didik untuk studi vokasi ke luar negeri bisa berdampak positif bagi pengembangan kompetensi mereka. Berdasarkan pengalaman Ditjen Pendidikan Vokasi, kata Wikan, peserta didik yang telah menjalani pendidikan di luar negeri mengalami peningkatan kemampuan berkomunikasi dan kepercayaan diri.

Atas dasar itulah Wikan meyakini banyak aktivitas yang bisa dikembangkan dari kolaborasi antara Indonesia dan mitra-mitra internasional untuk mengembangkan sumber daya manusia vokasi Indonesia. Dia mencontohkan aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan antara lain pertukaran pelajar atau staf pengajar dan riset gabungan.Semua itu dia sampaikan dalam seminar Stadium Generale Chapter I: Switzerland bertajuk "Strengthening International Partnership of Indonesia Vocational Higher Education" pada Selasa (12/10) lalu.

Seminar tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) Kemendikbudristek.“Bagaimana mengimplemtasikan link and match antara politeknik dan industri, bagaimana kita menghasilkan rencana strategis, terutama dalam kemitraan lokal dan global yang berkelanjutan, harus dimulai dari membangun rasa percaya, yang tentunya tidak hanya berdampak kepada politeknik, tapi juga kepada industri,” ujar Wikan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement