Sabtu 16 Oct 2021 13:15 WIB

Tips Aman Pakai Pembayaran Digital

Persentase pengguna uang elektronik baru di Indonesia mencapai 13 persen

Red: Friska Yolandha
Pengunjung melakukan transaksi digital dengan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) Code di Ciboleger, Lebak, Banten, Senin (11/10). Riset 'Mapping a Secure Path for The Future of Digital Payments in APAC' menunjukkan sebagian besar responden, 90 persen, menggunakan aplikasi pembayaran digital setidaknya sekali dalam setahun terakhir.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Pengunjung melakukan transaksi digital dengan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) Code di Ciboleger, Lebak, Banten, Senin (11/10). Riset 'Mapping a Secure Path for The Future of Digital Payments in APAC' menunjukkan sebagian besar responden, 90 persen, menggunakan aplikasi pembayaran digital setidaknya sekali dalam setahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru dari perusahaan keamanan siber Kaspersky menunjukkan penggunaan pembayaran digital di Asia Pasifik tumbuh pesat selama pandemi virus corona. Riset 'Mapping a Secure Path for The Future of Digital Payments in APAC' menunjukkan sebagian besar responden, 90 persen, menggunakan aplikasi pembayaran digital setidaknya sekali dalam setahun terakhir. Hampir dua dari 10 orang, 15 persen, baru menggunakan pembayaran digital ketika pandemi. 

Temuan Kaspersky, persentase pengguna uang elektronik baru di Indonesia mencapai 13 persen, setara dengan Thailand. Filipina menjadi yang tertinggi untuk pengguna baru uang elektronik, yaitu 37 persen.

Riset tersebut menunjukkan uang tunai masih menjadi primadona untuk transaksi di Asia Pasifik. Namun, pertumbuhan penggunaan pembayaran digital juga menggembirakan.

Para responden menilai pembayaran digital membantu mereka menjaga jarak fisik (45 persen) dan ini adalah satu-satunya cara bertransaksi ketika sedang karantina wilayah (36 persen). Tapi, masih ada pengguna yang takut kehilangan uang (48 persen) dan takut menyimpan data keuangan secara online (41 persen). Sementara itu, responden lain menyebutkan pembayaran digital ini terlalu merepotkan (26 persen) atau perangkat pribadi mereka tidak terlalu aman (25 persen).

Kaspersky membagikan tips agar transaksi dengan pembayaran digital tetap aman. Pertama, pakai perangkat dan internet sendiri saat menggunakan pembayaran online. WiFi publik memiliki kemungkinan disusupi penjahat siber.

Kedua, simpan nomor PIN, kata sandi dan kode one-time password (OTP) untuk diri sendiri, jangan pernah membagikannya meski pun ke keluarga dekat. Membagikan kode atau kata sandi ke orang lain sering menjadi jalan masuk peretas untuk mencuri informasi sampai urusan perbankan.

Ketiga, pengguna juga harus waspada terhadap komunikasi palsu di dunia digital. Jangan pernah membagikan informasi pribadi di dunia maya, terutama jika berkaitan dengan keuangan dan pembayaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement