Ahad 17 Oct 2021 13:00 WIB

Israel Bangun Pangkalan Rahasia Pantau Nuklir Iran

Israel mengaku telah mengumpulkan informasi cukup tentang program nuklir Iran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Upaya awal pemerintahan Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 mendapat tanggapan awal yang dingin dari Teheran. Meskipun hanya sedikit yang mengharapkan terobosan di bulan pertama pemerintahan baru, garis keras Iran menunjukkan jalan yang sulit di depan.
Foto: AP/Iranian Revolutionary Guard/Sepa
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Upaya awal pemerintahan Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 mendapat tanggapan awal yang dingin dari Teheran. Meskipun hanya sedikit yang mengharapkan terobosan di bulan pertama pemerintahan baru, garis keras Iran menunjukkan jalan yang sulit di depan.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Tentara Israel mendirikan pangkalan intelijen dan analisis untuk memantau kegiatan Iran, terutama terkait dengan program nuklirnya. Hal ini diungkapkan situs berita Walla pada Sabtu (16/10).

Pangkalan yang sangat rahasia itu diluncurkan dalam beberapa bulan terakhir sebagai hasil dari reformasi intelijen interdisipliner. Mereka mengidentifikasi dan menganalisis tindakan rahasia oleh Teheran yang diduga bertujuan menyembunyikan program nuklir.

Baca Juga

Walla yang mengutip seorang perwira tinggi militer Israel mengatakan bahwa, Israel telah mengumpulkan informasi yang cukup tentang program nuklir Iran. Perwira tersebut mencatat bahwa staf di pangkalan rahasia itu menggunakan kecerdasan buatan dan teknologi terbaru, untuk mengumpulkan serta menganalisis data. Pangkalan rahasia itu juga memainkan peran penting dalam mengidentifikasi kehadiran militer Iran di Suriah, dan menyerang formasi bersenjata pro-Iran.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan, negaranya memiliki hak untuk mengambil tindakan melawan Iran. Menurut dia, penggunaan kekuatan mungkin diperlukan buat menghentikan Iran mengembangkan dan memiliki senjata nuklir.

Lapid mengungkapkan, dunia beradab harus menjelaskan bahwa Iran tidak diizinkan memiliki senjata nuklir.  “Menteri Luar Negeri (Amerika Serikat Antony) Blinken dan saya adalah putra dari korban selamat Holocaust. Kita tahu ada saat-saat ketika negara harus menggunakan kekuatan untuk melindungi dunia dari kejahatan,” ucapnya dalam sebuah konferensi pers di Washington pada Rabu (13/10) seperti dikutip Aljazirah.

Dia menilai, jika dunia tak serius menghentikan Iran, negara tersebut akan bergegas mengembangkan bom nuklir. “Israel berhak untuk bertindak pada saat tertentu dengan cara apa pun. Itu bukan hanya hak kami; itu juga tanggung jawab kami,” ujar Lapid.

Sementara itu, Blinken mengatakan, AS berupaya menempuh jalur diplomatik untuk menyelesaikan kekhawatiran tentang program nuklir Iran. Dalam hal ini, Washington berusaha menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Israel diketahui menentang rencana AS untuk kembali bergabung dalam JCPOA. Kendati demikian, Blinken menyebut Washington mendukung gagasan Israel terkait pentingnya mempertahankan dan membela diri dari ancaman. “Agar sangat jelas, Israel memiliki hak untuk membela diri, dan kami sangat mendukung proposisi itu,” kata Blinken.

JCPOA disepakati pada 2015 antara Iran dan negara kekuatan dunia, yakni AS, Prancis, Inggris, Jerman, Rusia, serta China. Kesepakatan itu mengatur tentang pembatasan aktivitas atau program nuklir Iran. Sebagai imbalannya, sanksi asing, termasuk embargo terhadap Teheran, dicabut.

Namun JCPOA retak dan terancam bubar setelah mantan presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan tersebut pada November 2018. Trump berpandangan JCPOA "cacat" karena tak turut mengatur tentang program rudal balistik dan peran Iran di kawasan.

Trump kemudian memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Teheran. Sejak saat itu Iran tak mematuhi ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam JCPOA, termasuk perihal pengayaan uranium.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement