Senin 18 Oct 2021 16:24 WIB

Kekayaan Intelektual Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Potensi KI di Indonesia dapat menjadi aset ekonomi yang sangat bernilai.

Red: Fuji Pratiwi
Kain Endek Bali menjadi bahan pilihan Christian Dior untuk koleksi Spring/Summer 2021 (ilustrasi). Penggunaan kain Endek oleh Dior jadi contoh pemanfaatan KI yang bernilai ekonomi.
Foto: dok KBRI Paris
Kain Endek Bali menjadi bahan pilihan Christian Dior untuk koleksi Spring/Summer 2021 (ilustrasi). Penggunaan kain Endek oleh Dior jadi contoh pemanfaatan KI yang bernilai ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Freddy Harris mengatakan kekayaan intelektual (KI) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Ia menyebut, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef), setiap satun persen kenaikan jumlah paten ternyata mampu berdampak positif terhadap ekonomi Indonesia sebesar 0,06 persen. "Artinya, jika jumlah paten bisa naik 10 persen saja maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih tinggi 0,6 persen," kata Freddy melalui pernyataan tertulis, Senin (18/10).

Baca Juga

Selain itu, Freddy mengatakan, KI dapat berperan sebagai nation branding sekaligus keuntungan kompetitif bagi suatu negara. Khususnya negara yang memiliki keunggulan kekayaan intelektual komunal.

Salah satu potensi kekayaan intelektual komunal yang perlu didorong agar mampu bersaing di pasar global adalah produk yang mengandalkan potensi karakteristik geografis Indonesia yang dikenal sebagai indikasi geografis (IG). "Indikasi geografis terbukti dapat menjadi katalisator bagi nation branding dan turut mendukung kemandirian ekonomi suatu negara," Freddy menuturkan.

Dia mencontohkan, kopi Gayo dari Aceh menjadi produk IG pertama Indonesia yang diterima di Uni Eropa. Dari sisi harga, sebelum kopi Gayo terdaftar di DJKI, hanya dibanderol seharga Rp 50 ribu per kilogramnya. Namun, setelah terdaftar, harga per kilogramnya meningkat menjadi Rp 120 ribu.

Selain itu, terdaftarnya produk IG garam Amed Bali di tahun 2016, membuka potensi ecotourism bagi wilayah Kabupaten Karang Asem tempat asal dari garam Amed berada. "Masyarakat penduduk di sana memanfaatkan daerah produk IG-nya tersebut menjadi objek wisata. Melalui gelaran festival garam Amed yang menyuguhkan tontonan memproduksi garam tradisional," jelas Freddy.

Contoh lain dari pemanfaatan KI menjadi nation branding Indonesia adalah penggunaan kain endek Bali oleh rumah mode Christian Dior pada gelaran Paris Fashion Week 2021. Setidaknya dari 86 desain koleksi terbaru Christian Dior, terdapat sembilan desain yang menggunakan kain endek Bali.

Menurut Freddy, dari contoh tersebut, potensi KI di Indonesia dapat menjadi aset ekonomi yang sangat bernilai apabila dikelola dengan benar. "Sekaligus dapat membentuk identitas bangsa Indonesia untuk dikenal lebih luas lagi oleh dunia internasional," ujar Freddy.

Untuk mengimplementasikan hal tersebut, perlu adanya manajemen KI bagi pengembangan ekonomi dan industri melalui skema multiple-helix collaboration atau kolaborasi dari segenap pemangku kepentingan KI nasional. "Yaitu terdiri dari pemerintah, akademisi, kalangan industri, pegiat KI, hingga kreator dan inventor, serta aparat penegak hukum di bidang KI," ujarnya menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement