Rabu 20 Oct 2021 17:10 WIB

Geng Haiti Penculik Misionaris Minta Tebusan 17 Juta Dolar

Geng 400 Mawozo meminta uang tebusan tak lama setelah penculikan para misionaris

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Dengan latar belakang gereja Katolik Santo Petrus, pedagang kaki lima menunggu pelanggan di luar sekolah Nasional Lycée di distrik Petion Ville, Port-au-Prince, Haiti, Senin, 27 September 2021. Geng 400 Mawozo meminta uang tebusan tak lama setelah penculikan para misionaris AS.
Foto: AP/Rodrigo Abd
Dengan latar belakang gereja Katolik Santo Petrus, pedagang kaki lima menunggu pelanggan di luar sekolah Nasional Lycée di distrik Petion Ville, Port-au-Prince, Haiti, Senin, 27 September 2021. Geng 400 Mawozo meminta uang tebusan tak lama setelah penculikan para misionaris AS.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Sebuah geng bersenjata Haiti yang menculik anggota kelompok misionaris Kristen dari Amerika Serikat (AS) meminta uang tebusan sebesar 1 juta dolar AS per orang. Seorang pejabat tinggi Haiti yang berbicara dengan syarat anonim pada Selasa (19/10) mengatakan kepada The Associated Press bahwa seseorang dari Geng 400 Mawozo meminta uang tebusan tak lama setelah penculikan para misionaris pada 16 Oktober.

Seseorang yang berhubungan dengan Christian Aid Ministries (CAM), mengonfirmasi permintaan uang tebusan senilai 1 juta dolar AS per orang. Jumlah orang yang diculik sebanyak 17 sehingga total uang tebusan yang diminta mencapai 17 juta dolar AS.

Baca Juga

Haiti telah mengalami peningkatan pelanggaran hukum setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli dan gempa bumi bermagnitudo 7,2 pada Agustus. Penculikan oleh geng-geng bersenjata telah meningkat, termasuk kekurangan bahan bakar dan makanan. Para pekerja Haiti melakukan aksi mogok pada 18 Oktober untuk memprotes memburuknya ketidakamanan dan kekerasan geng setelah penculikan para misionaris Kristen AS dan Kanada.

“Banyak orang, termasuk manajemen CAM dan otoritas Haiti dan AS, bekerja keras untuk membawa pulang orang-orang yang kita cintai dengan selamat,” ujar Christian Aid Ministres dalam sebuah pernyataan tanpa mengakui permintaan uang tebusan.

Para misionaris yang diculik terdiri dari 16 warga AS dan satu warga Kanada. Mereka terdiri dari orang dewasa yang  berkisar antara usia 18 hingga 48 tahun, serta anak-anak berusia delapan bulan, tiga tahun, enam tahun, 13 tahun, dan 15 tahun. Christian Aid Ministres mengatakan para misionaris sedang mengerjakan proyek pembangunan kembali untuk membantu orang-orang yang kehilangan rumah akibat gempa.

“Kelompok pekerja ini telah berkomitmen untuk melayani di seluruh Haiti yang dilanda kemiskinan,” kata Christian Aid Ministres.

Pemerintah AS telah mengirim tim agen FBI dan diplomat Departemen Luar Negeri ke Port-au-Prince untuk bekerja sama dengan pihak berwenang Haiti. Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan para pejabat AS telah melakukan kontak terus-menerus dengan Polisi Nasional Haiti, kelompok misionaris, dan kerabat para korban.

"Ini adalah sesuatu yang telah kami perlakukan dengan prioritas utama sejak Sabtu," kata Price.

Menteri Kehakiman Haiti Liszt Prettyl mengatakan kepada surat kabar Wall Street Journal bahwa FBI dan polisi Haiti telah melakukan kontak dengan para penculik dan mengupayakan pembebasan para misionaris dan anak-anak. Prettyl menuturkan pada April Geng 400 Mawazo telah menculik sekelompok imam Katolik. Lima imam, dua biarawati, dan tiga kerabat dibebaskan setelah menerima uang tebusan.

Kepolisian Nasional Haiti menerima 328 laporan penculikan dalam delapan bulan pertama tahun 2021. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan total 234 kasus pada 2020.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyebut meningkatnya kekerasan geng telah mempengaruhi upaya bantuan kemanusiaan di Haiti. Dia mengatakan seorang koordinator bantuan PBB melaporkan kekerasan, penjarahan, blokade jalan, dan kehadiran geng-geng bersenjata yang terus-menerus menimbulkan hambatan bagi akses kemanusiaan.

“Situasinya semakin diperumit oleh kekurangan bahan bakar yang sangat serius dan berkurangnya pasokan barang,” kata Dujarric.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement