Kamis 21 Oct 2021 17:41 WIB

Sutradara Kamila Andini Jadi Tamu di Festival Film Tokyo

Film Yuni karya Kamila mewakili Indonesia di ajang seleksi Oscar.

Red: Qommarria Rostanti
Kamila Andini.
Foto: Republika/Prayogi
Kamila Andini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Kamila Andini akan menjadi salah satu bintang tamu diskusi daring Asia Lounge yang diadakan The Japan Foundation Asia Center & Tokyo International Film Festival (TIFF) atau Festival Film Internasional Tokyo, pada 3 November 2021. Dikutip dari siaran resmi TIFF pada Kamis (21/10), Kamila yang menyutradarai film Yuni dan mewakili Indonesia di seleksi Oscar 2022, akan berdiskusi bersama dengan sutradara dan penulis skenario Jepang Sode Yukiko yang telah membuat film Mime-Mime dan Good Stripes

Seri percakapan "Asia Lounge" adalah inisiatif baru yang diusulkan sutradara Hirokazu Kore-eda, menampilan percakapan daring antara sutradara film terkemuka Asia dan rekan-rekan dari Jepang dengan topik beragam. Awalnya percakapan ini dirancang jadi tempat para pembuat film dunia menikmati percakapan, tapi pandemi Covid-19 membuatnya digelar secara daring. 

Pada tahun ini, Kamila dan aktris Isabelle Huppert menjadi bintang tamu yang bisa bergabung langsung di Tokyo, Jepang, dalam perbincangan Asia Lounge. Selain Kamila, akan ada diskusi bersama Isabelle Huppert dan sutradara Hamaguchi Ryusuke, aktor Taipei Chang Chen, dan sutradara Kore-eda Hirokazu.

"Asia Lounge" juga menghadirkan diskusi antara sutradara Brillante Ma Mendoza dengan aktor Nagase Masatoshi, sutradara Apichatpong Weerasethakul dari Thailand, aktor Nishijima Hidetoshi, serta sutradara Parasite Bong Joon-ho dari Korea dan sutradara animasi Hosoda Mamoru.

Pada tahun lalu, "Asia Lounge" menghadirkan sutradara Indonesia Mouly Surya yang membuat film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak, peraih predikat Film Cerita Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia 2018.

Mouly berbincang dengan sutradara Yang Yonghi, generasi kedua penduduk Jepang beretnis Korea, dan membahas tentang perspektif baru dari sudut pandang kaum hawa lewat kehadiran lebih banyak sutradara perempuan. Dengan begitu, perempuan dalam film tak melulu terjebak dalam stereotipe karakter lemah yang butuh penyelamat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement