Ahad 24 Oct 2021 05:07 WIB

Santriwati Harus Menjadi Contoh Bagi Masyarakat

Santriwati memiliki modal belajar yang lebih.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Santriwati Harus Menjadi Contoh Bagi Masyarakat. Foto:   Santri pondok pesantren membawa Alquran saku (ilustrasi).
Foto: Antara
Santriwati Harus Menjadi Contoh Bagi Masyarakat. Foto: Santri pondok pesantren membawa Alquran saku (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada momen peringatan Hari Santri Nasional, Wahid Foundation menggelar acara C-Talk The Power of Santriwati bertema 'Santriwati Berdaya, Indonesia Damai' secara virtual pada Sabtu (23/10).

Santri Perempuan dari Papua, Aminatussadiyah Sadiyah, mengatakan, seorang santriwati harus bisa memberikan contoh yang baik bagi masyarakat. Menurutnya, di Papua cukup sulit menyampaikan ajaran agama Islam. Tapi bersyukur kesulitan itu sedikit demi sedikit dapat dilewati.

Baca Juga

"Kita (santriwati) harus kasih contoh (baik) sehingga adik-adik kita (generasi muda) bisa mencontoh seperti kita, karena mereka mengambil contoh dari kita," kata Sadiyah di acara The Power of Santriwati dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional, Sabtu (23/10).

Ia bersyukur adik-adik yang dididiknya ada yang mau belajar di pondok pesantren di Jayapura dan Jawa Timur. Semoga adik-adik atau generasi muda santriwati bisa memberi contoh yang baik ketika kembali ke tengah masyarakat dari pesantren.

Di forum yang sama, Bripda Agustina Untari seorang anggota Kepolisian RI alumni Pesantren Gontor, mengatakan, berbekal pengalaman tentunya santriwati memiliki porsi pengalaman yang lebih daripada pelajar pada umumnya.

"Yang mana kami satu kali 24 jam di pesantren, ustazah kami waktu di pesantren pernah mengatakan seorang santri ketika bangun tidur sampai akan tidur lagi adalah pendidikan, jadi segala sesuatu yang kami hadapi yang kami lewati di dalam pondok pesantren itu adalah pendidikan," kata Bripda Agustina.

Menurutnya, untuk bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat, santriwati bisa memberi contoh yang baik bagi masyarakat. Tunjukan bahwa seorang santriwati bisa berkiprah, berprofesi dan berkarir seperti pelajar-pelajar pada umumnya.

Santri perempuan dari Aceh sekaligus pegiat Astronomi Islam, Cut Rahma Rizki, mengatakan, telah mengajar di pesantren sejak 2018 sampai sekarang. Pesantrennya fokus pada hafalan Alquran, maka selalu mengatakan kepada para santri agar menjaga yang sudah dihafal mereka.

"Jagalah apa yang sudah kalian hafal di kepala kalian jaga dia hingga hati kalian terjaga karena Alquran itu apa yang ada di dalam dada manusia," ujarnya.

Ia mengatakan, Alquran itu hidup di dalam dada manusia. Jadi santri harus mempunyai sifat-sifat yang diajarkan dalam Alquran, itu mencerminkan hal yang paling kompleks dari pada santri itu sendiri. Terutama bagi santriwati, dari cara memakai jilbab, cara berakhlak, cara beradab, cara menghargai orang lain, yang paling penting dan paling utama adalah memiliki hati yang baik.

"Karena hati yang baik yang akan mencerminkan kebaikan seseorang dan mencerminkan kecerdasan seseorang," jelasnya.

Pengurus Pondok Pesantren Al Qomar Mempawah di Kalimantan Barat sekaligus Co-Founder dan CEO @hellobcr, Ning Farihatul Qamariyah, mengatakan, di hari santri ini bersyukur dan bahagia sekali karena eksistensi santri semakin diakui di negeri ini.

"Kita bisa melihat banyak program fasilitas dan dukungan dari berbagai kalangan khususnya pemerintah yang diperuntukkan untuk kalangan santri untuk mengembangkan diri dan terlibat di berbagai sektor dan lini," kata Ning.

Ia mengatakan, sekarang ada duta santri nasional, beasiswa untuk santri, para pengajar dan juga tenaga-tenaga di pesantren.

"Bagi saya itu sangat luar biasa perubahannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ketika saya masih menjadi santri, semoga santriwan dan santriwati serta pesantren kedepannya bisa tetap berjaya dan memiliki hak dan kesempatan yang sama seperti orang pada umumnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement