Senin 25 Oct 2021 14:29 WIB

Harga Batu Bara Meroket, PTBA Tingkatkan Porsi Ekspor

PTBA optimistis harga batu bara akan tetap berada di atas 200 dolar AS per ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengambil momen kenaikan harga batubara internasional yang tembus ke angka 200 dolar AS per ton. Hingga akhir tahun nanti, anak usaha dari holding BUMN Tambang ini akan meningkatkan ekspor sebanyak 47 persen dari total produksi.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengambil momen kenaikan harga batubara internasional yang tembus ke angka 200 dolar AS per ton. Hingga akhir tahun nanti, anak usaha dari holding BUMN Tambang ini akan meningkatkan ekspor sebanyak 47 persen dari total produksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengambil momen kenaikan harga batubara internasional yang tembus ke angka 200 dolar AS per ton. Hingga akhir tahun nanti, anak usaha dari holding BUMN Tambang ini akan meningkatkan ekspor sebanyak 47 persen dari total produksi.

Direktur Utama PTBA Suryo Eko menjelaskan hingga kuartal III tahun ini total produksi batu bara perusahaan mencapai 22,9 juta ton. Hingga akhir tahun nanti perusahaan mentargetkan akan memproduksi sebesar 30 juta ton. Artinya, 47 persen dari total produksi ini sebesar 14,1 juta ton akan dialokasikan untuk ekspor.

"Memang kami manfaatkan peluang harga tinggi ini untuk meningkatkan porsi ekspor. Namun ekspor ini akan memakai alokasi dari peningkatan produksi juga. Sebelumnya kita alokasikan 24 juta ton hari ini kan 30 juta ton. Jadi kelebihan produksi ini yang akan kami alokasikan untuk ekspor," ujar Eko dalam konferensi pers, Selasa (25/10).

Persoalan harga ini, Eko juga optimistis hingga akhir tahun nanti harga batubara masih berkisar di angka 200 dolar per ton. Meskipun nantinya ada fluktuasi, namun tidak akan terjadi penurunan yang siginifikan.

"Kami masih optimistis gak akan ada penurunan signifikan. Kalau ada fluktuasi itu kecil saja. Harga tahun 2022, kami masih optimistis juga harga 2022 tergolong tinggi walaupun gak setinggi saat ini kita alami. Karena apa, satu beberapa negara yang tadinya komit meninggalkan batu bara seperti inggris dan kanada, mereka balik pakai batu bara. Disisi lain, China masih terkendala iklim dan cuaca. Jadi butuh batu bara yang tinggi juga. Hubungan China sama Australia sampai awal tahun itu belom ada tanda perbaikan. Ekspor dari Australia ke China masih terkendala," ujar Eko.

Direktur Pengembangan Usaha PTBA Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin menjelaskan dalam peningkatakan ekspor ini PTBA menyasar lima pasar utama. Lima negara tersebut antara lain Filipina, China dan Vietnam. Namun, pada pekan kedua tahun ini perusahaan menambah pasar baru yaitu ke Bangladesh.

"Minggu kedua Oktober ini kita ke Bangladesh. Minggu ketiga Oktober itu naik signifikan kan, jauh banget diatas harga batu bara paling pick di 2008, 194,79 juta dolar AS. Minggu terakhir Oktober masih di 221,79 juta dolar AS. Jadi kami maksimalkan pasar ekspor ini," ujar Fuad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement