Selasa 26 Oct 2021 16:32 WIB

Disdik Jabar Klaim Siswa Positif Mayoritas Klaster Keluarga

Adanya siswa positif mengakibatkan 14 sekolah di Kota Bandung harus kembali PJJ.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas kesehatan memberikan nomor urut kepada siswa untuk mengikuti tes pcr secara acak di SDN 025 Cikutra, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/10/2021). Dinas Kesehatan Kota Bandung mencatat, hingga Kamis (21/10/2021) sebanyak 54 pelajar dan guru di berbagai sekolah di Kota Bandung dinyatakan positif COVID-19 hasil dari tes usap PCR secara acak yang dilakukan sejak 15 oktober hingga 19 Oktober 2021.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Petugas kesehatan memberikan nomor urut kepada siswa untuk mengikuti tes pcr secara acak di SDN 025 Cikutra, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/10/2021). Dinas Kesehatan Kota Bandung mencatat, hingga Kamis (21/10/2021) sebanyak 54 pelajar dan guru di berbagai sekolah di Kota Bandung dinyatakan positif COVID-19 hasil dari tes usap PCR secara acak yang dilakukan sejak 15 oktober hingga 19 Oktober 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar), terus memastikan kesehatan maupun keselamatan peserta didik yang tengah melaksanakan pembelajaran tatap Muka (PTM) dengan adaptasi kebiasaan baru (AKB). Menurut Kepala Disdik Jabar Dedi Supandi, hal ini dilakukan pihaknya untuk mengantisipasi terjadinya penularan Covid-19 terhadap siswa yang berasal dari berbagai klaster. 

Dedi mengatakan, berkaca pada kasus positif Covid-19 yang mengakibatkan 14 sekolah di Kota Bandung harus kembali melaksanakan pembelajaran secara daring atau jarak jauh (PJJ). Menurutnya, adanya kasus positif Covid-19 tersebut, mayoritas berasal dari klaster keluarga. 

"Yang harus kita lakukan adalah bukan hanya kesehatan dan keselamatan siswa saat berada di lingkungan sekolah saja, tapi kita juga harus memastikan keselamatan dan kesehatan siswa pada saat jarak antara rumah ke sekolah ataupun dari sekolah pulang ke rumah," ujar Dedi Supandi, Selasa (26/10).

Karena itu, kata Dedi, diperlukan peran dari semua pihak, mulai dari cabang dinas, satuan tugas, pihak keamanan, maupun pemerintah kota kabupaten. Menurut Dedi, dari 5.033 sekolah yang berada di Jabar terdapat 2.922 sekolah yang saat ini sudah menggelar PTM dengan AKB. Pelaksanaan PTM sendiri dilakukan secara bertahap, di mulai pada tanggal 8 September 2021. "Untuk Bogor dan Depok PTM dilaksanakan pada awal Oktober kemarin," katanya.

Dengan penurunan kasus positif Covid-19 di Jabar yang terjadi belakangan ini, kata Dedi, ada sekitar 1.600 sekolah yang telah mengajukan untuk melaksanakan PTM. Menurutnya, sejak awal pihaknya telah meminta satuan pendidik agar menyiapkan semua layanan bagi siswa, baik itu untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) maupun PTM. 

"Semakin lama PTM akan semakin maksimal yang akan dilakukan di kabupaten/kota," katanya.

Adapun proses pelaksanaan PTM, kata dia, sebelumnya orang tua maupun wali siswa diminta untuk memilih antara PTM maupun PJJ. Selanjutnya, pengawas sekolah melakukan pengecekan terhadap setiap sarana yang ada di sekolah. 

"Bila terjadi kekurangan menjadi bagian yang harus dilengkapi dalam proses, nanti setelah itu masuk ke cabang dinas, dari cabang dinas melakukan koordinasi dengan satuan tugas kabupaten/kota, bupati dan wali kota," katanya. 

Dedi menjelaskan, jika pada PTM terjadi kasus positif Covid-19 dengan positifity rate lebih dari 5 persen, maka sekolah tersebut akan ditutup sementara dengan jangka waktu dua pekan. Sementara itu, PJJ akan dilaksanakan sembari menunggu perkembangan dari hasil laporan kontak tracing

"Yang positif Covid-19 isolasi mandiri, jika perlu ke rumah sakit segera kontak puskesmas. Sementara itu lakukan tracing dan melakukan penyemprotan disinfektan juga," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement