Rabu 27 Oct 2021 04:40 WIB

Jelang PTM, Mahasiswa dan Dosen Harus Mampu Adaptasi

Aktivitas di kampus tetap menerapkan prokes secara ketat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah mahasiswa mengikuti perkuliahan tatap muka terbatas di UPN Veteran Jakarta, Jakarta Selatan, Senin (11/10/2021). Pemerintah memberikan izin perguruan tinggi di wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1-3 untuk menggelar perkuliahan secara tatap muka terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan.
Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Sejumlah mahasiswa mengikuti perkuliahan tatap muka terbatas di UPN Veteran Jakarta, Jakarta Selatan, Senin (11/10/2021). Pemerintah memberikan izin perguruan tinggi di wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1-3 untuk menggelar perkuliahan secara tatap muka terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Dikbud Ristek, Prof Nizam mengatakan, mahasiswa saatnya bersiap lagi beraktivitas mengikuti perkuliahan tatap muka. Namun, aktivitas di kampus tetap menerapkan prokes secara ketat.

Ia berpendapat, mahasiswa, dosen dan tenaga pendidik harus mampu beradaptasi  dengan hidup berdampingan dengan covid. Menurutnya, pandemi covid bukan merupakan hambatan bagi warga kampus untuk tetap terus belajar, berkreasi dan berinovasi.

Baca Juga

"Saatnya kembali ke kampus dengan prokes ketat, sehingga kita bisa berdampingan dengan covid sampai tercapai herd immunity yang mampu menghambat penularan covid," kata Nizam dalam webinar yang digelar Universitas Gadjah Mada, Selasa (26/10).

Selain menjaga prokes ketat, kampus hanya boleh menggunakan separuh kapasitas ruangan untuk kuliah tatap muka. Dibatasi ruangan dengan 50 persen kapasitas, dan bila sudah masuk PPKM level II atau I bisa meningkatkan kapasitas ruang.

Yang paling penting, kata Nizam, saling melindungi dan saling membantu, lalu melakukan surveilans untuk menghindari terjadinya klaster baru. Nizam turut mengapresiasi produk riset dari kampus yang mendukung penanggulangan covid.

"Produktivitas yang telah dihasilkan sejak masa pandemi terus dijaga dan ditingkatkan agar hasilkan karya lebih banyak lagi," ujar Nizam.

Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset UGM, Bambang Agus Kironoto menjelaskan, satu usaha yang dilakukan UGM dalam penanggulangan covid tidak cuma hasilkan karya riset. Tapi, mendukung percepatan vaksinasi nasional menggandeng banyak mitra.

"Hingga 25 Oktober ini, ada 125.944 orang yang sudah disuntik vaksin," kata Bambang.

Dekan FK-KMK, Prof Ova Emilia menerangkan, berbagai produk inovasi kesehatan telah dihasilkan oleh UGM pada masa pandemi. Mulai dari face shield, ranjang pasien, pembersih/penyaring udara, handwasher, alat skrining dan diagnosis.

Lalu, RI-GHA, mesin isothermal, Genose, ventilator, hingga robot telemedicine. Ada yang sudah digunakan masyarakat, ada yang masih alami kendala baik dalam pengembangan maupun hilirisasi. Kita perlu menggandeng pengguna dan industri.

Menurut Ova, tantangan bagi perguruan tinggi hari ini perlu lebih terbuka lagi melihat pembelajaran. Jadi, perguruan tinggi tidak sekadar mendapat paten dan HAKI, namun berpikir lebih ke hilir dan UGM telah melakukan banyak terkait itu.

"Sehingga, perlu diperkuat komunikasi dan kolaborasi," ujar Ova.

Peneliti Genose, dr Dian K Nurputra menuturkan, saat ini mereka mengembangkan dengan Genose menambah sensor Artificial Intelligence (AI) menjadi 38 buah. Ada 38 sensor AI dengan sensitivitas 93 persen akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Selain itu, tidak cuma deteksi covid, pengembangan Genose bisa deteksi sepsis, TBC dan diabetes. Dian menambahkan, Genose tidak cuma dipasarkan dalam negeri, namun sudah ekspansi ke Malaysia, Filipina dan Thailand lewat kerja sama riset.

"Kita terus melakukan perbaikan dengan pengembnagan berbasis bukti," kata Dian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement