Kamis 28 Oct 2021 10:45 WIB

Gotong Royong Lahirkan Kepedulian untuk Hadapi Pandemi

Presiden Soekarno telah menegaskan bahwa Indonesia adalah negara gotong royong.

Red: Mas Alamil Huda
Bantuan bahan pokok digantungkan di pagar rumah pasien positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumahnya di RT03/RW03, Kelurahan Cilangkap, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Bantuan bahan pokok digantungkan di pagar rumah pasien positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumahnya di RT03/RW03, Kelurahan Cilangkap, Jakarta, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nawir Arsyad Akbar

76 tahun lalu, Presiden Soekarno telah menegaskan bahwa Indonesia adalah negara gotong royong. Sikap tersebut merupakan pengejawantahan dari sila Pancasila yang terus ditumbuhkan seluruh elemen bangsa dan kemudian melahirkan kepedulian untuk bebas dari pandemi Covid-19.

Gotong royong dan kepedulian itu turut dirasakan oleh Suci Hartati (55 tahun), seorang warga Bekasi, Jawa Barat. Sebelum merasakan momen tersebut, ia menjadi salah satu orang yang tahu betul kesedihan yang diakibatkan pandemi Covid-19.

Pada 6 Juli 2021, suami yang telah menemaninya lebih dari 27 tahun meninggal akibat virus corona. Sedihnya lagi, ia tak bisa menemani sang kekasih tercinta di waktu-waktu terakhirnya, karena Suci bersama dua anak perempuannya juga terkonfirmasi positif Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri.

Ikhlas, menjadi kata yang disampaikannya ketika harus menerima situasi tersebut. "Ibu udah ikhlas, karena ini qadar dari Allah," ujar Suci, Kamis (28/10).

Namun pada momen itulah, sisi lain dari pandemi terlihat, saat ia merasakan langsung gotong royong yang tertuang dalam bentuk kepedulian masyarakat. Ketika kebaikan warga sangat dirasakan olehnya, hingga dirinya bersama dua anak perempuannya sembuh dari Covid-19.

Suci bersama keluarganya yang dikonfirmasi positif pada awal Juli langsung melaporkannya pada Ketua RT lingkungan tempatnya tinggalnya. Saat itu, mereka langsung sigap memproses tindak lanjutnya sesuai dengan instruksi pemerintah.

Setelah itu, makanan, minuman, obat, buah-buahan, hingga sembako selalu tergantung di pagar rumahnya setiap pagi. Kepedulian warga terkadang membuatnya merasa terharu, karena kehadiran mereka dirasakannya sangat tulus di tengah dukanya.

Tak segan, masyarakat terus menghibur keluarganya di tengah rasa berkabung, tanpa ada rasa takut tertular Covid-19. Rasa semangat juga terus disampaikan kepadanya kala itu.

Kebaikan warga juga dirasakannya saat mengurus segala hal yang berkaitan dengan kematian suaminya. Mulai dari ketika suaminya dirawat di rumah sakit, pemakaman, hingga mengurus surat kematian.

"Kepedulian itu mungkin susah saya balas, tapi terima kasih akan selalu saya ucapkan kepada warga yang membantu," ujar Suci.

Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia berdasarkan World Giving Index (WGI) yang dikeluarkan oleh badan amal Charities Aid Foundation (CAF). Dalam laporan yang dirilis pada Senin (14/6), Indonesia berada di peringkat pertama dalam daftar negara dermawan dengan skor indeks keseluruhan 69 persen, naik 10 persen dari laporan pada 2018.

Menurut laporan WGI, Indonesia menempati peringkat teratas dalam partisipasi memberikan sumbangan dengan persentase 83 persen dan menempati posisi tertinggi dalam partisipasi pada kegiatan kesukarelawanan sebesar 60 persen. Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat yang senantiasa melakukan gotong royong menghadapi masa-masa sulit.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengatakan, nilai Pancasila telah mengajarkan sikap gotong royong, yang kemudian teraktualisasi lewat sikap kepedulian. Itu merupakan budaya bangsa yang hingga sekarang tumbuh di hati masyarakat, terutama di tengah pandemi.

"Apresiasi kami sampaikan kepada seluruh entitas masyarakat Indonesia yang telah bergotong-royong membantu penanganan pandemi Covid-19," ujar Bamsoet.

Gotong royong sudah sering Bamsoet lihat ketika pandemi berlangsung, saat mereka yang memiliki ekonomi mapan membantu warga kurang mampu. Sikap tersebut dinilainya muncul karena rasa peduli, yang akhirnya terealisasi lewat aksi kemanusiaan dalam membantu mereka yang terdampak Covid-19.

"Kolaborasi ini kita semua merasakan betapa kuatnya jati diri bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lainnya," ujar Bamsoet.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy sendiri menyebut, kolaborasi semua elemen menjadi kunci dalam menghadapi berbagai bencana di Indonesia. Termasuk bencana non-alam yang tengah dihadapi, yakni pandemi Covid-19.

Indonesia, kata Muhadjir, memiliki prinsip semangat gotong royong. Hal tersebut merupakan keunggulan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia.

"Gotong royong adalah kristalisasi nilai Pancasila. Sebuah keikhlasan untuk berkorban, semangat untuk berbagi, bekerja sama dalam kerangka kebersamaan, bersatu mengatasi permasalahan," ujar Muhadjir.

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengungkapkan, tren kasus Covid-19 menunjukkan penurunan atau melandai di banyak wilayah Indonesia. Menurutnya, kunci dari kondisi baik tersebut adalah semangat gotong royong dan kepedulian yang tinggi.

Covid-19, disebutnya menjadi momentum untuk merenung dan berkaca bahwa ada senjata bernama gotong royong yang sangat ampuh menghadapi pandemi. Saat masyarakat tergerak nurani dan kepeduliannya untuk saling membantu sesama.

"Publik menyadari bahwa nilai-nilai kebangsaan bisa menjadi tameng yang menjaga bangsa ini dari kehancuran," ujar wanita yang akrab disapa Rerie itu.

Melihat fakta tersebut, ia mengajak seluruh elemen bangsa saling berpegang tangan dan menjaga satu sama lain. Terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang diharapkannya segera hilang dari Indonesia.

"Tunjukkan juga kepada generasi penerus bangsa bahwa dengan berpegang teguh pada nilai luhur bangsa, kita adalah manusia Indonesia yang mampu melewati krisis berat," ujar Rerie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement