Kamis 21 Oct 2021 18:49 WIB

Tanggapan BPIP Soal Merah Putih tak Berkibar di Thomas Cup

Merah putih itu menjadi spirit mereka untuk mempertahankan nama baik bangsa

Red: Budi Raharjo
Pemain Indonesia merayakan kemenangan melawan China di final bulu tangkis Thomas Cup, di Aarhus, Denmark, 17 Oktober 2021.
Foto: EPA-EFE/CLAUS FISKER
Pemain Indonesia merayakan kemenangan melawan China di final bulu tangkis Thomas Cup, di Aarhus, Denmark, 17 Oktober 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bendera Merah Putih yang tidak dikibarkan di kejuaraan bulu tangkis Piala Thomas Cup  tahun 2020 ditanggapi Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo.

Meski disayangkan, namun ia mengimbau kepada masyarakat Indonesia terutama atlet dan official tidak berkecil hati. Menurutnya walaupun tanpa bendera merah putih gelora kemenangan bangsa Indonesia tertanam di dalam dada masyarakat Indonesia terutama di dalam dada para atlet.

“Merah putih itu ada di dada mereka, merah putih itu menjadi spirit mereka untuk mempertahankan nama baik bangsa, bagaimana pertandingan itu menggetarkan dunia,” ucapnya Kamis, (21/10).

Bangsa indonesia terutama para atlet harus memiliki mental juara dan kemudian muncul sang generasi juara-juara lainnya di bidang olahraga bulu tangkis yang selalu mengharumkan nama baik Indonesia. “Mental juara itu tidak pernah mengeluh, tidak pernah meminta fasilitas, tapi memiliki komitmen untuk membawa nama baik bangsa,” tegasnya.

Kemenangan piala thomas merupakan penantian panjang bangsa indonesia sejak 19 tahun, saat ini kembali direbut bangsa Indonesia. Momentum tersebut dinilai kebangkitan bangsa indonesia terutama pada bidang olahraga bulu tangkis.

“Momentum kebangkitan ini merupakan kesempatan kita bahwa bulu tangkis milik bangsa indonesia, karena dari bulu tangkis nama-nama tokoh besar mulai muncul,” jelasnya.

Dirinya bahkan mendorong untuk mengelola bidang olahraga bulu tangkis untuk terus dikelola dengan baik, sehingga diharapkan bangsa Indonesia selalu mempertahankan juara di semua kejuaraan tingkat dunia. “Dengan ini kita melihat bulu tangkis bisa dikelola dengan baik, maka ini akan selalu mengharumkan nama baik bangsa,” ujarnya.

Ia menilai olahraga bulu tangkis merupakan olahraga profesional dan harus meningkatkan kemampuan regenerasi anak-anak muda, sehingga harus dipupuk mulai dari event-event tingkat RT, kampung desa hingga tingkat nasional.

Ia menyayangkan dalam kasus doping tersebut karena tidak ada antisipasi dari pihak penanggung jawab baik official maupun pemerintah dalam membangun diplomasi dengan kepanitiaan Thomas Cup.

Ramai diberitakan Indonesia juara Piala Thomas 2020 setelah di final mengalahkan China, Minggu (17/10) malam di Aarhus, Denmark. Namun saat pemberian medali di podium tidak ada bendera Merah Putih yang dikibarkan dan diganti dengan logo Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

Hal ini tentu menjadi aib yang disayangkan, sebab Indonesia menanti 19 tahun untuk kembali membawa pulang Piala Thomas.  Terakhir kali Indonesia merebut Piala Thomas adalah pada edisi 2002 yang digelar di Guangzhou, China.

Sanksi diberikan karena ketidakmampuan Indonesia memenuhi rencana jumlah tes doping tahunan. Wakil Ketua Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) dr Rheza Maulana mengatakan, LADI tidak mampu memenuhi target tes doping tahunan karena terkendala pandemi Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement