Jumat 05 Nov 2021 11:57 WIB

Konsumsi Rumah Tangga Melambat 1,03 Persen 

Meski konsumsi melambat, transaksi uang elektronik dan kartu tumbuh 9,42 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Karyawan toko mengesekan kartu debit di mesin Electronic Data Capture (EDC) di Jakarta, Selasa (5/9). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2021 tumbuh 1,03 persen.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Karyawan toko mengesekan kartu debit di mesin Electronic Data Capture (EDC) di Jakarta, Selasa (5/9). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2021 tumbuh 1,03 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2021 tumbuh 1,03 persen. Adapun realisasi ini lebih rendah dari capaian pada kuartal II 2021 sebesar 5,96 persen.

Ketua BPS Margo Yuwono mengatakan pertumbuhan sebesar 1,03 persen dibentuk oleh sejumlah komponen yakni penjualan eceran komoditas makanan, minuman, dan tembakau.

"Konsumsi rumah tangga tumbuhnya tipis 1,03 persen, mengalami perlambatan dari kuartal II 2021 tumbuh 5,96 persen," ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (5/11).

Sedangkan komoditas sandang, suku cadang dan aksesoris, serta peralatan informasi dan telekomunikasi mengalami kontraksi masing-masing sebesar 14,27 persen, sebesar 9,29 persen, dan sebesar 32,38 persen. 

Selain itu, jumlah penumpang kereta api dan pesawat domestik dan internasional juga mengalami kontraksi. Tercatat kontraksi penumpang angkutan rel sebesar 40,10 persen dan penumpang pesawat sebesar 23,3 persen.

Meski begitu nilai transaksi uang elektronik, kartu debit dan kartu kredit tumbuh 9,42 persen. Adapun capaian ini meningkat dibandingkan tahun lalu pada kuartal III 2020 yang mengalami kontraksi 8,75 persen.

Margo menyebut melemahnya konsumsi rumah tangga berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada kuartal III 2021 ekonomi tumbuh 3,51 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka tersebut melambat jika dibandingkan dengan kuartal II 2021 sebesar 7,07 persen (yoy).

Lalu, secara kuartalan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 1,55 persen (quarter to quarter/qtq). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 3,24 persen (ctc).

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ فَاِذَا جَاۤءَ الْخَوْفُ رَاَيْتَهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ تَدُوْرُ اَعْيُنُهُمْ كَالَّذِيْ يُغْشٰى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِۚ فَاِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوْكُمْ بِاَلْسِنَةٍ حِدَادٍ اَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَمْ يُؤْمِنُوْا فَاَحْبَطَ اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا
mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.

(QS. Al-Ahzab ayat 19)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement