Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tia Setiawati

Guru Gaptek, Kini Melek

Guru Menulis | Tuesday, 05 Oct 2021, 20:05 WIB

Pandemi Covid-19 telah membawa banyak perubahan mendasar pada berbagai segi kehidupan masyarakat. Tak terkecuali di dalamnya dunia pendidikan, yang harus ikut berubah, menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang terjadi. Berbagai kebijakan pembatasan yang diambil pemerintah, “memaksa” dunia pendidikan untuk ikut “tiarap” sejenak dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran secara jarak jauh (PJJ). Peserta didik belajar dari rumahnya masing-masing, demikian juga dengan guru, mengajar dari rumahnya masing-masing.

Bagaimana caranya kegiatan pembelajaran seperti itu? Apa bisa? Apa mungkin? Seribu tanya dan gelisah berkecamuk di alam pikiran mayoritas para pendidik di negeri ini. Karena sebelumnya guru dan peserta didik tidak pernah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan pembelajaran dengan model seperti itu. Gamang, bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan adalah kondisi yang dialami pada periode pertama pelaksanaan PJJ (Maret-Juni 2020). Sehingga pada periode ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan terkesan hanya seadanya, hanya semampunya, seperti hanya menggunakan grup WA saja.

Para guru mengalami kebingungan bagaimana membuat materi menggunakan Power Point, bagaimana mengubah materi dari Word menjadi Pdf, bagaimana kalau mau menjelaskan sebuah gambar kepada peserta didik. Hal-hal kecil seperti ini pun para guru mengalami kesulitan, apalagi untuk hal-hal yang lebih rumit. Ketidakmampuan para guru dalam mengelola PJJ terlihat dari ketidakmapuan mereka dalam menjelaskan materi pembelajaran dalam bentuk video, tidak mampu mengunggah video tersebut ke dalam format berbagai media sosial, tidak mampu dalam mengelola pertemuan virtual (virtual meeting), bahkan tidak mampu menyelenggarakan asesmen/penilaian secara daring.

Menyadari kompetensi yang masih sangat kurang, dalam waktu yang singkat para guru segera bangkit, menyingsingkan lengan baju, dan bersiap menempa diri dengan belajar dan terus menimba ilmu. Bak gayung bersambut, di tengah kehausan akan ilmu dan keterampilan untuk meningkatkan kompetensi diri, berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta, baik perorangan maupun kelompok mulai menawarkan beragam pelatihan yang berkaitan dengan pemanfaatan tekonologi untuk menunjang pelaksanaan PJJ. Berbagai pelatihan daring yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga/kelompok, baik yang berbayar maupun gratis tersebut langsung di serbu dan selalu penuh oleh para guru yang ingin belajar, bahkan tidak sedikit yang kehabisan kuota dan tidak bisa ikut belajar.

Data portal simpatik.belajar.kemdikbud.go.id mencatat telah menyelenggarakan 2.715 pelatihan dengan jumlah peserta terlatih sebanyak 411.992 guru. Data lain disuguhkan dari portal gurubelajardanberbagi.kemdikbud.go.id yang menyebutkan bahwa 1.144.955 orang telah menggunakan layanan ini untuk menempa diri, belajar meningkatkan kompetensi pada berbagai jenis pelatihan yang diselenggarakan secara daring. Data tersebut adalah data pelatihan yang secara formal dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan tentunya masih sangat banyak pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga lembaga lainnya. Sehingga jumlah guru yang aktif meningkatkan kompetensi diri tentunya lebih banyak lagi jumlahnya.

Muara dari semua kerja keras tersebut adalah tampilnya guru-guru yang sudah sangat menikmati mengelola PJJ dengan beragam kemapuan yang tinggi dalam penggunaan teknologi. Para guru yang tadinya hanya bisa menyelenggarakan PJJ dengan mayoritas menggunakan WA grup, kini tampil dengan variasi media yang digunakan. Menyusun materi pelajaran dalam format Power Point sudah menjadi hal yang biasa, bahkan mengubahnya ke dalam format Pdf pun tidak menemui kendala lagi. Sehingga para guru sudah bisa menyusun materi pelajaran dengan lebih apik dan menarik. Para guru kini sudah pandai membuat materi pembelajaran dalam bentuk video dan mengunggahnya ke berbagai format media sosial. Tampilan video pun sudah sangat beragam, mulai dari video sederhana yang hanya menampilkan guru sedang menerangkan materi, video yang cukup rumit dengan menampilkan avatar/kartun instan, sampai dengan video yang rumit dengan menampilkan avatar/kartu animasi yang di desain sendiri.

Para guru ini sudah tidak asing lagi dengan kegiatan pembelajaran melalui pertemuan virtual (virtual meeting). Padahal dulu terbayang virtual meeting itu sangat rumit, namun ternyata setelah ilmunya dikuasai hal tersebut sangat mudah dan murah. Intinya kapan pun guru membutuhkan untuk mengadakan pertemuan virtual dengan peserta didiknya, dengan sangat mudah mereka dapat melakukannya. Demikian halnya dengan asesmen/penilaian pembelajaran. Para guru sudah sangat lihai menggunakaan Google Form, atau aplikasi lainnya untuk melaksanakan penilaian. Padahal aplikasi ini awalnya sangat asing dan tidak pernah digunakan. Namun sekarang aplikasi sejenis ini seolah sudah menjadi kebutuhan primer dalam penyelenggaraan PJJ. Para guru juga semakin terampil dalam mengelola PJJ dengan memasukan konten game ke dalam pembelajaran, sehingga menarik minat peserta didik untuk ikut aktif dalam pembelajaran.

Tidak berhenti sampai disitu, lompatan penguasaan teknologi para guru ternyata melampaui batas yang diharapkan. Sebagai contoh, pada awalnya guru diharapkan mampu membuat video dan mengunggah ke format media sosial seperti Youtube untuk memudahkan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran. Namun dalam perkembangannya para guru tersebut kini tampil menjadi guru-guru Youtuber yang sukses mengembangkan chanel-nya sehingga memiliki ribuan, puluhan bahkan ratusan ribu subscriber. Dengan jumlah subscriber yang demikian banyak, tentu akan memberikan dampak secara ekonomi, sebagai penghasilan tambahan bagi guru Youtuber tersebut. Contoh lainnya yaitu munculnya guru-guru kreatif yang berhasil menciptakan aplikasi edukatif, seperti game edukatif yang tentunya sangat disenangi oleh peserta didik. Bahkan aplikasi-aplikasi mereka sudah secara resmi dipasang Playstore, sehingga memudahkan untuk mengunduhnya.

Semua pencapaian tersebut adalah hikmah yang dapat dipetik dari adanya pandemi Covid-19. Dulu sebelum Pandemi Covid-19 sangat banyak guru-guru yang gaptek (gagap teknologi/tidak bisa menggunakan teknologi), namun kini mereka menjadi guru-guru yang melek teknologi (mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi). Pandemi Covid-19 telah “memaksa” guru-guru untuk bertranformasi, segera merubah diri, meningkatkan kompetensi agar kegiatan pembelajaran dapat tetap terlaksana dengan baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image