Sabtu 20 Nov 2021 08:39 WIB

Launching Buku Terbaru Prof Haedar Nashir

Agama, Demokrasi dan Politik Kekerasan karya Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Launching Buku Terbaru Prof Haedar Nashir, Kerjasama SM dan Republika - Suara Muhammadiyah
Launching Buku Terbaru Prof Haedar Nashir, Kerjasama SM dan Republika - Suara Muhammadiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Agama, Demokrasi dan Politik Kekerasan karya Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., resmi dilaunching pada Selasa (16/11/2021) di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut Haedar menyampaikan kuliah umum atau yang beliau bahasakan sebagai “bertutur kata” mengenai buku terbarunya. “Saya tidak menyebutnya sebagai kuliah umum, melainkan bertutur kata saja mengenai buku terbaru saya agar tidak terkesan sebagai upacara buku,” tutur Haedar Nashir.

Buku Agama, Demokrasi, dan Politik Kekerasan merupakan himpunan tulisan Haedar Nashir yang sebelumnya dimuat di Republika sejak tahun 2000. Buku tersebut direncanakan untuk terbit menjadi beberapa seri. “Saya cukup aktif menulis di Republika, setiap bulan sejak tahun 2000. Paling tidak ada sekitar 240 tulisan jika dihitung hingga tahun 2020, belum lagi jika ditambah dengan tulisan yang di Suara Muhammadiyah. Saya juga belum tahu buku ini akan terbit menjadi berapa seri,” tutur Haedar Nashir.

“Saya diwawancara oleh Republika setelah Muktamar Ke-44 Muhammadiyah di Jakarta. Saat itu saya menjadi utusan Badan Pendidikan Kader. Pada waktu itu saya datang ke Muktamar untuk menikmati suasana dan tidak memiliki bayangan mengenai jabatan di Muhammadiyah. Namun saya terpilih dalam 13 formatur, saya dan Pak Din merupakan formatur termuda di antara para suhu yang terpilih. Momen bersejarah yang ditandai sebagai pimpinan di Muhammadiyah pada Muktamar Jakarta dimulai dengan bersahaja, apa adanya, dan tanpa pretensi apa-apa,” tambah Haedar Nashir.

Prof. Haedar Nashir juga menyebutkan bahwa setiap tulisan dalam buku terbarunya biarpun lepas satu sama lain tetaplah buah pikiran yang lahir dari proses penghayatan pada kondisi kehidupan. Menulis sama artinya dengan memberi sesuatu yang berharga. Menulis juga memaksa kita untuk membaca, hal ini berperan penting dalam membuat kita memiliki pemahaman yang multi-perspektif, tidak mudah menyederhanakan masalah, dan hidup atas dasar ilmu. Jika sudah begitu, setelah ilmu maka kita akan mereguk hikmah. (syauqi)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement