Sabtu 20 Nov 2021 02:34 WIB

Prediksi Gempa dan Petir Jadi Dua Sistem Keamanan Baru KCJB

KCIC akan memasang sistem anti gempa tiap 25 km di sepanjang trase KCJB

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dirancang untuk mampu beroperasi hingga kecepatan 350 km per jam, diyakini memiliki tingkat keamanan yang tinggi, terutama dari ancaman angin kencang, hujan deras, gempa bumi, objek asing, sampai sambaran petir di lintasan KCJB. Tingginya tingkat keamanan KCJB ini didasari pada teknologi yang terpasang pada sistem proteksi ancaman KCJB.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta/wsj.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dirancang untuk mampu beroperasi hingga kecepatan 350 km per jam, diyakini memiliki tingkat keamanan yang tinggi, terutama dari ancaman angin kencang, hujan deras, gempa bumi, objek asing, sampai sambaran petir di lintasan KCJB. Tingginya tingkat keamanan KCJB ini didasari pada teknologi yang terpasang pada sistem proteksi ancaman KCJB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dirancang untuk mampu beroperasi hingga kecepatan 350 km per jam, diyakini memiliki tingkat keamanan yang tinggi, terutama dari ancaman angin kencang, hujan deras, gempa bumi, objek asing, sampai sambaran petir di lintasan KCJB. Tingginya tingkat keamanan KCJB ini didasari pada teknologi yang terpasang pada sistem proteksi ancaman KCJB.

“Keamanan tentu menjadi perhatian khusus, apalagi KCJB ini nanti saat beroperasi akan melaju sampai 350 km/jam. Untuk itu Kami sudah siapkan teknologi canggih yang terpasang di lintasan dan di dalam rangkaian kereta yang dapat mencegah terjadinya bahaya,” tutur Presiden Direktur KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi.

Untuk itu, Dwiyana mengaku pihaknya sudah menyiapkan berbagai instrumen untuk melindungi KCJB dari bahaya diantaranya Disaster Monitoring Center, sensor pendeteksi ancaman di sepanjang trase KCJB, dan Disaster Monitoring Terminal di Tegalluar sebagai pusat pengelolaan data kebencanaan. 

Selain itu, ada juga instrumen pengamatan langsung di lapangan dengan CCTV yang tersambung ke command center KCJB untuk mengirim informasi visual. Lalu, terdapat juga Internal dan Eksternal Lightning Protection System pada konstruksi KCJB.

Terkait ancaman gempa, Dwiyana mengatakan kalau di sepanjang trase KCJB, akan terpasang 7 sensor yang dipasang di jarak rata-rata tiap 25 kilo meter (km). Cara kerja dari sistem ini adalah, setiap sensor akan mengirim data jika mendeteksi getaran ke Disaster Monitoring Center untuk dianalisa dan ditarik kesimpulan untuk dilakukan upaya pencegahan kecelakaan pada KCJB.

Adapun sinyal kegempaan yang pertama kali akan ditangkap dan dikirim oleh alat sensor tersebut berupa gelombang P yang merupakan tanda awal terjadinya gempa. Informasi itu lalu akan sampai ke Disaster Monitoring System sebelum terjadinya Gelombang S yang merupakan getaran perusak dari gempa bumi. 

Dari sinyal gelombang P yang terdeteksi tersebut, Dwiyana pun menjelaskan kalau pihaknya dapat segera melakukan mitigasi ancaman dengan mengirimkan peringatan dan instruksi ke setiap rangkaian kereta yang sedang beroperasi.

Lebih detail, Dwiyana menjabarkan kalau alarm yang dikirim dari Disaster Monitoring Center untuk ancaman kegempaan terbagi ke dalam tiga level, yaitu level 1 untuk gelombang P antara 40 gal-80 gal, level 2 untuk  80 gal -120 gal, dan level 3 untuk gelombang P lebih dari 120 gal. 

Belum cukup sampai di situ, KCJB juga akan bekerjasama dengan BMKG untuk perlindungan KCJB dari ancaman gempa. Dengan rencana kerjasama ini, Disaster Monitoring Center KCJB bisa mendapatkan data terkait ancaman gempa lebih awal dikarenakan BMKG sudah memiliki banyak alat sensorik yang terpasang di dekat epicentrum gempa.

“KCJB ini proyek kolaborasi, termasuk untuk perlindungan gempa yang bekerjasama dengan BMKG. mereka sudah memiliki alat sensor yang terpasang di dekat pusat gempa jadi kita bisa dapat early information kalau ada ancaman gempa untuk segera dilakukan mitigasi,” jelas Dwiyana.

Sedangkan untuk pencegahan bahaya dari ancaman angin kencang, Dwiyana memaparkan kalau di setiap trase KCJB, sudah terpasang 17 unit alat sensor yang mampu mengukur arah dan kecepatan angin. “Untuk proteksi dari ancaman angin kencang, 17 unit sensor yang bisa mengukur arah dan kecepatan angin sudah dipasang. Kalau terdeteksi akan ada hembusan angin yang membahayakan perjalanan KCJB, Kami bisa segera lakukan tindakan mitigasi,” paparnya.

Untuk mendeteksi ancaman dari hujan, Dwiyana mengatakan kalau disepanjang trase KCJB akan terpasang 8 sensor yang masing-masing berjarak sekitar 20 Km. Alat sensor tersebut akan mengirim data terkait intensitas hujan 10 menit sampai 24 jam. Lalu jika curah hujan yang terdeteksi berpotensi menimbulkan ancaman, maka tindakan mitigasi pun dapat segera dilakukan.

Mengingat, setiap lintasan kereta memiliki ancaman dari benda asing, Dwiyana mengungkapkan kalau nantinya akan dipasang 6 alat sensorik di setiap overpass yang dilewati KCJB. Sistem perlindungan objek asing ini juga akan dilengkapi jaring untuk menghindari adanya benda yang jatuh ke lintasan KCJB dari atas jembatan. 

“KCJB ini berkecepatan tinggi, jadi kalau ada benda asing dampaknya fatal. Maka dari itu sistem pendeteksi ancamannya pun Kami terapkan sebaik mungkin. Ada 6 sensor yang terpasang di setiap overpass dan dilengkapi jaring supaya tidak ada benda yang jatuh,” paparnya.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖٓ اَذًى مِّنْ رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُهٗ حَاضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ࣖ
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi jika kamu terkepung (oleh musuh), maka (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu dia bercukur), maka dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan aman, maka barangsiapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari). Demikian itu, bagi orang yang keluarganya tidak ada (tinggal) di sekitar Masjidilharam. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukuman-Nya.

(QS. Al-Baqarah ayat 196)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement