Senin 22 Nov 2021 10:26 WIB

IPO Global Sentuh 600 Miliar Dolar AS Sepanjang 2021

Sekitar 2.850 perusahaan telah mengumpulkan lebih dari 600 miliar dolar AS.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan mengamati layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (12/11). Penawaran umum perdana (IPO) global telah memecahkan rekor tertinggi pada tahun ini bahkan sebelum mencapai penghujung tahun.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan mengamati layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (12/11). Penawaran umum perdana (IPO) global telah memecahkan rekor tertinggi pada tahun ini bahkan sebelum mencapai penghujung tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penawaran umum perdana (IPO) global telah memecahkan rekor tertinggi pada tahun ini, bahkan sebelum mencapai penghujung tahun. Pencapaian ini didorong oleh IPO yang dilakukan perusahaan akuisisi dengan tujuan khusus (SPAC) atau perusahaan cek kosong.

Hingga saat ini, sekitar 2.850 perusahaan telah mengumpulkan lebih dari 600 miliar dolar AS atau setara Rp 8.580 triliun melalui IPO. Dana IPO tertinggi di New York dipimpin oleh startup kendaraan listrik Rivian Automative dengan raihan mencapai 12 miliar dolar AS. Lalu disusul oleh China Telecom Corp dengan raihan 8,4 miliar dolar AS.

Baca Juga

Perusahaan-perusahaan ini mengambil keuntungan dari momen pemulihan ekonomi. Dukungan bank sentral membuat investor terus mengalirkan uang tunai ke pasar saham. Pemulihan ekonomi dibantu dengan langkah-langkah stimulus juga meningkatkan pendapatan perusahaan.

Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Tindakan keras China terhadap perusahaan teknologi selama beberap bulan pertama 2021 menghentikan laju IPO China di AS dan membayangi pasar IPO Hong Kong. 

"Tren IPO ini terjadi karena ada banyak likuiditas di pasar," kata kata kepala pasar modal ekuitas global di UBS Group AG, Gareth McCartney, dikutip Senin (22/11).

Di sisi lain, pengelola juga menjadi lebih selektif di tengah banyaknya transaksi dan keuntungan awal yang menghilang. Saingan TikTok, Kuaishou Technology, adalah salah satu IPO terberat pada 2021, turun 16 persen di bawah harga pencatatannya setelah saham naik lebih dari tiga kali lipat. Hasil IPO tahun 2021 di AS dan Eropa sekarang rata-rata berkinerja di bawah tolok ukur ekuitas regional.

Beberapa saham IPO langsung kecewa. Kegagalan debut profil tinggi termasuk penurunan 27 persen pada induk penyedia pembayaran digital India Paytm pekan lalu. Startup pengiriman makanan Inggris Deliveroo Plc juga mengalami penurunan 26 persen serta perusahaan asuransi AS Oscar Health turun 11 persen pada Maret.

Beberapa perusahaan telah menunda rencana IPO mereka ke tahun 2022. Pasalnya, terdapat risiko untuk pasar ekuitas global, termasuk lonjakan inflasi yang dapat mendorong kebijakan moneter yang lebih ketat. Kenaikan suku bunga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperlambat momentum pendapatan.

Prospek untuk SPAC juga suram. Mereka mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 159 miliar dolar AS tahun ini, tetapi melambat secara dramatis dari April. Regulator di AS membatasi praktik akuntansi dan akan melakukan pengawasan yang lebih ketat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement