Jumat 26 Nov 2021 14:11 WIB

Malaysia: Biaya Operator Telekomunikasi 5G Lebih Murah

Malaysia janjikan biaya operator telekomunikasi untuk 5G lebih murah.

Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi jaringan 5G. Aturan harga untuk biaya 5G di Malaysia masih menunggu persetujuan dari regulator untuk memastikan biaya yang berkeadilan dan tidak mengincar keuntungan.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic /Illustration
Ilustrasi jaringan 5G. Aturan harga untuk biaya 5G di Malaysia masih menunggu persetujuan dari regulator untuk memastikan biaya yang berkeadilan dan tidak mengincar keuntungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan milik negara Malaysia, Digital Nasional Berhad, menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan operator telekomunikasi untuk jaringan 5G akan lebih sedikit dibandingkan untuk 4G. Menteri Keuangan Malaysia Zafrul Abdul Aziz menyatakan setiap operator seluler akan membayar kepada DNB antara 300 juta hingga 400 juta ringgit per tahun untuk 5G.

Sementara itu, belanja modal operator telekomunikasi di Malaysia untuk 4G seiap tahun sebesar 1 miliar ringgit. DNB merupakan badan yang berada di bawah Kementerian Keuangan Malaysia.

Baca Juga

Badan tersebut yang mengeluarkan izin spektrum 5G di Malaysia. Aturan harga untuk biaya 5G di Malaysia masih menunggu persetujuan dari regulator untuk memastikan biaya yang berkeadilan dan tidak mengincar keuntungan.

"Saya yakin perusahaan telekomunikasi akan menyambut harga tersebut ketika mereka sudah mendapatkan informasi," kata Zafrul, dikutip dari Reuters, Jumat.

Tentang usulan biaya untuk 5G, operator telekomunikasi di Malaysia menilai mereka bisa mengeluarkan uang lebih banyak jika menggelar jaringan 5G sendiri. Sebab, masih biaya lain yang dikeluarkan, misalnya termasuk biaya kontigensi dan antisipasi volume trafik.

Sementara itu, pada Kamis (25/11), Komite Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) mengingatkan pengguna telepon seluler 3G di Malaysia agar segera beralih ke 4G. Sebab, jaringan internet 3G di Malaysia dihentikan sepenuhnya pada 31 Desember 2021.

"Ini supaya layanan telekomunikasi mereka tidak terdampak yang akan menyebabkan mereka ketinggalan dalam gelombang digital," ujar pernyataan pers MCMC di Putrajaya, Kamis.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ نُّؤْمِنَ بِهٰذَا الْقُرْاٰنِ وَلَا بِالَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِۗ وَلَوْ تَرٰىٓ اِذِ الظّٰلِمُوْنَ مَوْقُوْفُوْنَ عِنْدَ رَبِّهِمْۖ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضِ ِۨالْقَوْلَۚ يَقُوْلُ الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا لِلَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا لَوْلَآ اَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِيْنَ
Dan orang-orang kafir berkata, “Kami tidak akan beriman kepada Al-Qur'an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya.” Dan (alangkah mengerikan) kalau kamu melihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang mukmin.”

(QS. Saba' ayat 31)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement